DewaGol88

DewaGol88 adalah agen bola dan judi online yang merupakan perantara dalam online betting, memberikan pelayanan untuk pembukaan akun/id situs betting seperti sbobet, ibcbet, cmd368, ion casino, dan horey4d.

POKER

Dalam Game poker minimal deposit hanya 10.000 .Didalam web kami tidak hanya permainan poker saja namun ada juga permainan Domino dan juga Bandar Ceme selain itu kita bisa memainkan nya menggunakan android.

SPORTSBOOK

Dalam permainan sportsbook kami menyediakan 2 pilihan games yaitu SBOBET dan IBCBET. Di dalam sportbook ada beberapa permainan yang diantaranya Handicap, Over/Under, Mix Parlay dan Lain-lain.

CASINO

Dalam permainan casino terdiri dari berbagai macam jenis pilihan games , diantaranya adalah Roullete, Baccarat, Six Baccarat, Sic Bo, dan juga Black jack yang disiarkan langsung dengan live streaming

HOREY4D

Bandar togel online yang memberikan pelayanan pemasangan togel online Kami hadir untuk memberikan layanan pemasangan Taruhan togel online dengan kemudahan dan keamanan yang terjamin.

Jumat, 19 Agustus 2016

Cerita Sex Kekasihku Hebat Di Ranjang

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Kekasihku Hebat Di Ranjang - Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Umurku belum genap 20 tahun. Aku sebenarnya asli Jakarta, tapi aku lebih memilih untuk kuliah di Bandung. Biar jauh dari orangtua.

Suka Bening : Cerita Sex Kekasihku Hebat Di Ranjang
Dari sejak SMA aku sudah bercita-cita ingin kuliah jauh dari orangtua. Soalnya malas juga tinggal serumah dengan orangtua, yang sedikit-sedikit melarang ini itu.Di Bandung, Papaku membelikanku sebuah rumah. Aku tinggal sendiri di sana bersama pembantuku dan anaknya yang masih kecil. Rumahku cukup besar dengan perabotan yang lengkap plus mobil BMW seri terbaru, maklumlah Papaku adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Itu tidak seberapa baginya. Itu adalah hadiahku karena lulus UMPTN.

Sore itu aku baru puLang kuliah. Capek sekali rasanya setelah seharian berkutat dengan kuliah. Bayangkan saja aku kuliah dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Non stop. Karenanya aku merasa badanku lelah dan ingin istirahat. Untung besok libur (hari sabtu), jadi aku bisa memanfaatkan waktuku untuk istirahat.

Aku mensandarkan tubuhku di sofa ruang tengah. Aku haus sekali, maka kuputuskan untuk memangil Bi Icah agar membuatkan minum untukku. Ups.. Ternyata aku lupa. Bi Icah dan anaknya sedang puLang kampung tadi pagi. Maklum sejak aku tinggal di Bandung mereka belum pernah puLang, jadi kuijinkan mereka puLang kampung. Ah.. Malas benar aku mengangkat pantatku dari sofa. Tapi rasa hausku mengalahkanku, maka dengan malas aku mengambil air dingin di dapur untuk menghilangkan rasa hausku.

Kemudian aku pergi ke kamar, kucoba untuk istirahat. Walau badanku capek sekali tapi aku tidak bisa memejamkan mata. Maka kuputuskan menyalakan komputerku mencoba mencari hiburan. Baru saja kunyalakan komputer, HP-ku berbunyi. Segera kuambil HP-ku dari tas. Di screen tertuliskan “CINTA”, maka segera kuangkat, karena itu adalah dari Adrian, lelakikku.

“Halo Sayang. Lagi ngapain? “Kata suara di seberang sana.

“Ada apa, Dri? Gue lagi sendiri nih di rumah. Gak lagi ngapa-ngapain” jawabku.

“Malam ini jalan yuk, say. Besok kan libur. Mau gak?”

“Aduh gue cape banget nih, Say. Malas keluar. Mending lo aja yang ke rumah. Lagian rumah sepi, Gak ada orang. Sekalian temanin gue. Mau gak?” Rengekku manja.

“Ya udah tunggu aja. 30 menit lagi gue ke sana. Dah Sayang..!” Katanya.

“Dah..”

Adrian adalah lelakik baruku. Orangnya ganteng da sangat perhatian terhadapku. Kami baru jadian sekitar 3 minggu yang lalu. Tapi dia sudah beberapa kali menikmati tubuhku. Yup.. Aku memang cewe yang liberal. Aku menyerahkan keperawananku sama mantanku sewaktu SMA dulu. Jadi bagiku sex bukan hal yang terlalu tabu. Tapi aku masih tahu tata krama. Aku gak sembarang tidur dengan lelaki. Aku gak mau dicap cewek gampangan. Aku hanya mau ML sama orang yang benar-benar kucintai. Ya.. Seperti Adrian ini.

Dia lumayan bisa memuaskanku. Hampir di setiap kesempatan kami selalu mereguk kenikmatan duniawi. Paling sering sih di kontrakannya, karena sepi. Sedangkan di rumahku belum pernah karena ada pembantuku. Malah tak jarang, ketika kami sudah sama-sama pengen ML kami membooking hotel untuk menuntaskan nafsu kami. Mengingat-ingat kejadian itu libidoku perlahan-lahan naik.

Maka segera kuganti bajuku. Aku ingin tampil sexy di depan Adrian. Segera kugunakan celana pendek putih semi transparan yang ketat. Saking ketatnya terasa CD-ku tercetak di sana. Pantatku yang bulat sekal terlihat indah menonjol. Kemudian kugunakan tanktop putih ketat juga. Aku bercermin, lumayan sexy juga, batinku. Payudaraku yang lumayan besar tercetak di bajuku. Malah karena saking kecilnya bajuku itu, jika aku bergerak-gerak payudaraku juga terayun kesana kemari. Aku senang sekali melihatnya. Pasti Adrian suka melihatnya. Aku tak sabar ingin cepat-cepat berjumpa dengannya.

Beberapa saat kemudian kudengar suara klakson berbunyi. Itu pasti Adrian. Aku, bercermin sebentar memastikan penampilanku lalu membuka pintu. Benar saja, mobil Adrian sudah ada di depan gerbang rumahku yang masih terkunci. Aku berlari-lari menuju gerbang untuk membuka pintu pagar rumahku, hal itu otomatis membuat payudaraku terayun kesana-kemari. Adrian pasti melihatnya dengan jelas karena jarak yang tidak terlalu jauh. Payudaraku bergerak-gerak dengan bebasnya. Setelah kubuka gerbang, perlahan-lahan mobilnya masuk ke garasiku. Segera kututup gerbang kembali dan aku menghampirinya yang baru keluar dari mobil.

“Halo Sayang..” katanya. Dipamerkannya senyum manisnya. Kacamata coklat yang dipakainya menambah kesan macho-nya.

“Halo juga. Silahkan masuk, Say” kataku mempersilakannya masuk ke rumah.

Dia mengikutiku dari belakang. Aku bisa pastikan matanya tidak akan lepas dari pantatku yang bergoyang kesana-kemari dengan indahnya. Kemudian aku menutup pintu rumah dan menguncinya. Baru aku membalikkan tubuhku, Adrian sudah berdiri di depanku dengan senyum indahnya.

“Kamu sexy sekali hari ini, Sayang” katanya sambil mendekatkan bibirnya ke mulutku. Segera kusambut bibirnya dan kami melakukan french kiss.

“Terima kasih” jawabku sambil kembali menciumnya, kali ini ciuman kami makin dahsyat. Sambil menciumi bibirku, tangannya perlahan-lahan menjamah payudaraku. Aku semakin ganas membalasnya. Ketika tangannya mulai menyusup ke dalam tank topku, segera kuhentikan.

“Sabar dulu dong, Say. Ga sabaran amat” ucapku sambil menjauhkan tubuhku darinya.

“Mending duduk dulu, aku buatkan minum ya?”, Lanjutku lagi.

Aku sengaja menahan kenikmatan tadi, padahal sebenarnya aku juga sudah ingin sekali. Dia hanya mengangguk lalu pergi menuju sofa. Segera kubuatkan minum dan memberikanya kepadanya. Softdrink yang kusuguhkan Langsung dihabiskannya. Kemudian matanya menatapku. Aku tahu maksudnya. Maka aku pindah ke sebelahnya, lalu diciumnya bibirku. Aku hanya bisa memejamkan mata menikmati bibir lembutnya. Kemudian dia peluk aku dan tangannya mulai meremas-remas payudaraku. Aku mulai merem-melek sambil memutar badanku.

Sekarang aku duduk di paha Adrian berhadap-hadapan. Kembali kami berciuman dengan penuh gairah. Lidah kami saling beradu. Perlahan bibirnya turun ke pipiku lalu ke leherku. Diciumnya leherku. Lidahnya menari-nari dari ujung leherku ke ujung yang satunya lagi. Hal itu membuatku seperti cacing kepanasan saking nikmatnya. Tangannya tidak tinggal diam. Diremas-remasnya payudaraku yang mulai mengeras. Tangannya sungguh lihai meremas-remas payudaraku sehingga membuatku makin menggelinjang. Aku tak tahan hingga kembali kulumat bibirnya. Lidahku beradu dengan lidahnya lagi. Aku sudah tidak tahu kapan pertama kali aku semahir ini melakukan ciuman. Adrian mulai menyusupkan tangannya ke balik tank topku dan mencari pegangannya, payudaraku. Gesekan tangannya Langsung di permukaan kulit payudaraku hingga sungguh kenikmatannya tiada tara.

“Ehh.. Eh..” rintihku. Sejenak dihentikannya aktivitasnya karena menyadari sesuatu sambil bertanya..

“kamu ga pakai bra ya, Say?” aku hanya tersenyum lalu kembali melumat bibirnya.

Dia juga semakin ganas meladeni ciumanku. Tangannya makin keras meremas-remas payudaraku. Memelintir dari atas ke bawah dan sebaliknya. Kurasakan kemaluannya mulai menegang di bawah sana. Kemudian dia menghentikan remasan dan ciumannya, lalu mulai melepas tank topku.

Maka segera payudaraku yang tanpa penutup apa-apa lagi terpampang di hadapannya. Payudaraku yang putih, bulat kencang dengan puting berwarna kemerah-merahan menjadi santapan matanya. Dia sangat kagum melihat payudaraku. Walaupun sudah sering melihat payudaraku, bahkan menjilat, melumat dan menggigitnya, dia tetap saja menelan ludah menikmati pemandangan ini.

“Payudaramu indah sekali, Sayang!’ ujarnya.

Kemudian didorongnya kepalanya di antara kedua gunungku, lalu lidahnya bergerak di sana. Aku meringis dan mendesis menikmati momen tersebut. Kemudian dia mulai mencium payudaraku yang kanan, dilumatnya dengan penuh nafsu. Beberapa detik kemudian aku menjerit pelan karena aku merasakan gigitan pada puting kananku, dia dengan gemasnya menggigit dan mencupangi putingku itu sehingga meninggalkan jejak di sekitarnya.

Hhmm.. indah sekali payudaramu ini Say,” pujinya lagi sambil tangannya yang satu lagi mengelusi punggung dan leherku dan berakhir di payudara kiriku.

Diremasnya payudara kiriku yang sudah tegak berdiri tersebut. Remasan dan jilatannya silih berganti antara payudara yang kanan dan yang kiri, sehingga menimbulkan sensasi kenikmatan yang tiada tara.

Aku sampai melayang-layang dibuatnya. Puas meremas payudaraku yang kiri, tangannya yang kanan mulai menurun hingga mencengkeram pantatku yang bulat dan padat. Aku hanya bisa mendesah nikmat. Kuremas-remas rambutnya mencoba mengimbangi desakan birahi ini. Untung rumahku sepi, kalau tidak mana mungkin aku bisa bercinta di sofa seperti ini.

Setelah puas menggerayangi payudaraku, dia pun melepaskanku. Segera dibukanya bajunya, lalu dia membuka celana panjang beserta celana dalamnya sehingga kemaluannya yang dari tadi sudah sesak dalam celana dalamnya itu kini dapat berdiri dengan dengan tegak. Kemudian dia duduk di sofa dengan mengangkangkan kakinya. Matanya menatap mataku dengan penuh harap. Aku mengerti maksudnya. Dia ingin dioral tentunya. Sebenarnya aku kurang mahir melakukan oral sex, aku masih butuh belajar, tapi nafsu ingin saling memuaskan membuatku melakukannya. Maka perlahan-lahan aku duduk di Lantai menghadap kemaluannya.

Batang Adrian yang sudah tegang itu kini berada dalam genggamanku. Kukocok-kocok ke atas dan ke bawah. Nampaknya dia menikmati kocokanku. Tanganku yang halus naik turun di batangnya. Nampaknya dia sangat menikmati kocokanku di kemaluannya. Hal itu terbukti dengan matanya yang tertutup rapat. Aku menikmati ekspresinya yang keenakan itu.

“Uh.. Enak sekali Sabrina.. Oh..”, desahnya.

“Masukkan dong Say, ke mulutmu” pintanya.

Tanpa diminta 2 kali aku menuruti kemauan orang yang kusayangi itu. Perlahan namun pasti, kemaluannya kuarahkan ke rongga mulutku. Kemaluan itu kucium dan kujilat ujungnya dengan lembut bahkan sangat lembut sekali. Benda itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya. Seponganku di batangnya kupadukan dengan sedikit kocokan.

Adrian pasti keenakan kuperlakukan seperti itu. Tapi aku akan membuatnya lebih keenakan. Lalu kubuka mulutku lebih lebar untuk memasukkan kemaluan itu semuanya ke mulutku. Hhmm.. hampir sedikit lagi masuk seluruhnya, tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku.

Dalam mulutku, kemaluan itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala kemaluannya. Hanya itu yang kulakukan tapi tampaknya dia sudah blingsatan. Padahal harus kuakui bahwa oral sexku belum apa-apa dibandingkan cerita teman-teman cewekku yang pernah melakukannya. Bahkan masih kalah jauh daripada BF yang pernah kutonton. Tapi aku tetap meLanjutkannya. Toh Adrian masih keenakan. Memang sih, Adrian mengaku baru ML pertama kali denganku. Jadi dia belum bisa membandingkannya dengan yang lain.

Sesekali aku melirik ke atas melihat ekspresi wajahnya saat menikmati seponganku. Dia mengelus-elus rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan sapu tangan. Adrian nampaknya tidak mau cepat-cepat keluar, maka ditariknya kepalaku. Aku berdiri tegak di hadapannya yang masih bersandar di sofa. Segera kulepaskan celana pendek beserta CD-ku sekalian. Matanya nanar melihat ketelanjanganku. Aku seperti manusia yang baru lahir, polos. Kini aku sudah telanjang bulat di hadapannya. Aku lalu naik ke pangkuannya. Dengan senyum nakal aku meremas-remas payudaranya yang bidang.

Lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku hingga dia pun mulai menyusu di situ. Kali ini dia menjilati seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu dikulum dan dihisap kuat-kuat. Tangannya di bawah sana juga tidak bisa diam, tangannya meremas-remas pantat dan pahaku. Dielus-elusnya paha putihku itu. Berbeda dengan pahaku yang dielusnya dengan lembut, pantatku justru diremasnya dengan keras. Gumpalan daging pinggulku menjadi bulan-bulanan tangannya.

Aku hanya mendesah-desah. Giginya yang putih menarik-narik puting susuku. Hal itu semakin membuatku merintih. Malah kini tangannya yang bercokol di pahaku mulai merambat semakin jauh. Aku tak kuasa untuk tidak merintih dan mendesah. Bongkahan pantatku diremas, payudaraku dilumat dan sekarang tangannya yang kanan menggerayangi kemaluanku dan menusuk-nusukkan jarinya di sana. Ohh.. nikmatnya, batinku.

Sebagai respons aku hanya bisa mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak sehingga keringatku menetes-netes. Mulutnya kini merambat naik menjilati leher jenjangku, dia juga mengulum leherku dan mencupanginya. Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku lagi dimana lidah kami saling beradu dengan liar. Sambil berciuman tanganku meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu.

“Dri.. Sekarang ya..”, pintaku memelas.

Aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menuntaskan birahiku. Maka kuangkat pantatku sebentar dan mengarahkan kemaluanku ke kemaluannya. Dia memegang kemaluannya siap menerima kemaluanku. Sedikit demi sedikit aku merasakan ruang kemaluanku terisi dan dengan beberapa hentakan masuklah batang itu seluruhnya ke dalam. Aku tak kuasa untuk tidak menjerit kala batang Adrian membelah bibir kemaluanku. Sama sepertiku, dia juga mendesah menyebut namaku saat kemaluannya amblas ditelan kemaluanku.

“Oohh..!” desahku dengan tubuh menegang dan mencengkram bahu pacarku. Kurasakan lubangku agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena seLanjutnya yang terasa hanyalah nikmat.

Kemudian, secara perlahan-lahan aku menaikturunkan tubuhku di atas kemaluannya. Kupacu kejantanannya dengan goyanganku. Aku tiba-tiba menjadi gadis yang liar yang butuh kenikmatan. Kugoyang-goyangkan kemaluanku di atas batangnya sambil sesekali membuat gerakan memutar. Kemaluanku seperti diaduk-aduk.

Aku sangat menikmati posisi ini, karena aku bisa mengendalikan permainan. Desahan-desahan nikmat menandai keluar masuknya batang Adrian. Adrian juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Matanya menatap wajahku yang kemerahan karena nikmat.

“Ahh.. Ahh..” desahku seiring dengan naik-turunnya tubuhku.

Payudaraku yang sudah menegang maksimun terayun-ayun dengan indah di hadapannya. Adrian juga mulai membantu menyodok-nyodok kemaluannya, sehingga kenikmatan yang kurasakan semakin bertambah. Tubuhku terlonjak-lonjak dan tertekuk menahan sensasi kenikmatan dunia. Hal itu membuat payudaraku semakin membusung ke arahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakannya, dia Langsung melumat payudaraku yang kiri dengan mulutnya. Aku semakin menjerit keras. Dengusan nafasnya dan jilatannya membuatku merinding dan makin terbakar birahi.

Adrian semakin menyerangku dengan meremas-remas payudaraku yang kanan serta memilin-milin putingnya. Adrian sungguh pintar menyerang titik sensitifku. Sepuluh menit lamanya kami berpacu dalam adegan demikian. Saling berlomba-lomba mencapai puncak. Sodokan-sodokannya semakin lama semakin cepat dan makin berirama. Mulutnya tak henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku.

Sungguh kenikmatan yang sangat indah. Tangannya yang tadi lembut menggerayangi paha dan pantatku, sekarang cenderung kasar. Aku sudah sangat kecapaian dengan posisi tersebut sehinga goyanganku semakin lama semakin tidak bertenaga. Malah kini dia yang aktif menyodok-nyodok kejantanannya.

Menyadari hal tersebut, Adrian minta ganti posisi. Ditariknya kemaluannya dari rongga kemaluanku. Ada perasaan kesal, tapi itu tidak berLangsung lama. Tubuhku dibalikkan telungkup di atas sofa. Lalu kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh Lantai, hingga otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya. Payudaraku yang dari tadi menjadi bulan-bulanannya menekan sofa karena aku telungkup. Adrian sibuk memegang erat-erat kedua pahaku.

“Siap-siap ya Say!” ujarnya.

Aku hanya bisa menganggukkan kepala menunggu kenikmatan seLanjutnya dengan posisi doggy style. Adrian pernah bercerita bahwa posisi ini sangat disukainya, karena dia yang mengambil kendali dan bebas meremas-remas semua bagian tubuhku, bahkan anusku. Sebelum menusuk kemaluanku, dia terlebih dahulu mencium punggungku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar menunggu kemaluannya menembus kemaluanku. Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga, hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan.

“Adrian.. Buruan..!” rengekku sudah tidak tahan lagi. Adrian mematuhiku. Sambil meremas pantatku dia mendorongkan kemaluannya ke kemaluanku.

“Ohh.. Ngghh..!” desisku saat kemaluan yang keras itu membelah bibir kemaluanku.

Kemaluannya dengan perlahan dan lembut mengaduk-aduk kemaluanku. Kontan aku menjerit-jerit keras.

Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan dan bergesekan dengan sofa. Hal itu justru menimbulkan kenikmatan tersendiri, apalagi sofaku terbuat dari kulit sehingga gesekan di payudaraku terasa sedikit kasar namun nikmat.

“Ah.. Euh.. Ah.. Aw..” aku cuma bisa mendesah setiap kali dia menyodokkan kemaluannya ke kemaluanku.

Adrian menggenjotku semakin cepat. Kemaluanku dihunjam kemaluannya yang sekeras batu itu. Otot-otot kemaluanku serasa berkontraksi semakin cepat memijati miliknya. Dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruang tengahku. Mulutku megap-megap dan mataku terpejam.

Beberapa menit kemudian dia menarik tubuh kami mundur selangkah sehingga payudaraku yang tadinya menempel di sofa kini menggantung bebas. Kemudian diLanjutkanya kocokannya. Payudaraku terayun ayun ke depan dan ke belakang. Terkadang payudaraku menyentuh sandaran bawah sofa sehingga menimbulkan rasa sakit. Tapi rasa sakit tersebut tertutupi kenikmatan yang menjalar ke seluruh aliran darahku.

Sambil berpacu dalam adegan doggy ini, tangannya kini tidak tinggal diam. Dia mulai menggerayangi payudaraku yang semakin ranum karena aku menungging. Ditariknya-tariknya benda kenyal itu sesuka hatinya. Aku merem-melek menikmati tangannya bergerilya dari payudaraku yang kanan ke payudaraku yang kiri. Aku menjerit kegelian saat dia mengocok kemaluanku dengan cepat dan keras, tapi dia meremas payudaraku dengan lembut sekali dan sesekali memelintir-melintir putingnya.

Tubuhku kembali menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa berkunang-kunang. Gesekan-gesekan di lubang kewanitaanku serta remasanremasan di payudaraku membuat pertahananku sebentar lagi akan jebol. Pandanganku kabur dan kurasakan kesadaranku hilang. Akhirnya aku pun tak bisa lagi menahan orgasmeku. Mengetahui bahwa aku akan segera keluar, dia semakin bergairah, tubuhku ditekan-tekannya sehingga kemaluannya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar meremas payudaraku.

“Aahhkk..!” jeritku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku.

Kugenggam erat karpet ruang tamu merasakan detik-detik orgasmeku. Aku menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang mengalir hangat pada selangkanganku. Tapi itu belum berakhir, karena Adrian masih terus mengocokku sehingga orgasmeku semakin panjang. Adrian juga nampaknya akan segera orgasme. Hal itu tampak dari adegannya yang khas jika akan orgasme.

“Aku mau keluar, aku mau keluar..” Adrian membisikkannya sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.

jangan di.. Jangan di dalam. Ah.. Ah.. Oh.. Aku.. Aku lagi.. Subur.”

Aku cuma bisa berbicara begitu, setidaknya aku bermaksud berbicara begitu karena aku tidak tahu apakah suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah berusaha, itu juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidak tahu apakah dia mengerti apa yang aku bicarakan, tapi yang jelas dia masih terus mengocokku.

Beberapa detik kemudian, dia mencabut kemaluannya, kakiku Langsung ambruk ke Lantai. Adrian yang menyodokku dari belakang akhirnya klimaks. Dia mengeluarkan kemaluannya dan menyiramkan isinya di punggung dan pantatku. Air maninya membasahi tubuhku bagian belakang. Tidak terlalu banyak spermanya, tapi sangat lengket kurasakan di tubuhku. Kemudian dia ambruk menindihku. Kurasakan kemaluannya yang menindih pantatku mulai mengecil.

“Terimakasih, Sayang” ucapnya sambil mengecup leherku. Aku hanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan barusan.

Akhirnya malam itu Adrian menginap di rumahku. Sudah bisa ditebak kami akan mereguk kenikmatan sepanjang malam sampai besok paginya karena libur.

Sesudah percintaan di ruang tamu tadi, Adrian menikmati tubuhku lagi di kamar mandi. Aku yang sedang mandi dikejutkan akan kehadirannya di depan pintu. Walau masih lemas, aku terpaksa meladeninya. Aku hanya diam di Lantai kamar mandi sedangkan dia yang aktif menyodokku. Malah yang seru adalah ketika sehabis makan malam di luar. Kami kembali ke rumah dan Langsung ke kamarku. Aku yang sudah bersiap-siap tidur diajaknya menonton BF di komputerku.

Adegan-adegan mesum di layar monitor membuat libidoku cepat naik. Aku mencoba memancing gairah Adrian, tapi dia menolak untuk menyetubuhiku. Aku bingung dibuatnya, tidak biasanya dia menolak seperti itu. Selama ini justru aku yang sering menolak bersenggama dengannya. Saat itu, katanya dia mau ML tetapi ada syaratnya. Dia memintaku untuk menari-nari seperti penari telanjang. Aku sih OK saja, berhubung dia adalah pacarku dan nafsuku ingin segera dituntaskan, maka aku menuruti kemauannya.

Bak seorang stripteaser professional, aku take action di hadapannya. Dia sangat bernafsu sekali menikmati pemandangan Langka tersebut. Baru setelah itu dia mengocokku. Kali ini tanpa basi-basi Langsung ditusuknya kemaluannya ke lubangku yang sudah sangat basah itu. Kenikmatan yang kuharapkan tercapai sudah. Aku benar-benar puas saat itu. Belum pernah kami bercinta sepanjang itu. - Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Kekasihku Hebat Di Ranjang.

Agen Judi Online Terpercaya

Senin, 15 Agustus 2016

Cerita Sex Adik Pacar Temanku Yang Masih Perawan

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Perkenalanku Dengan Adik Pacar Temanku Yang Masih Perawan - Namaku Agus, 28 tahun, kisah ini terjadi 3 tahun lalu ketika aku memulai karir baru sebagai auditor di PTPN IV di kawasan perkebunan Teh di Jawa Barat, Aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil dan asri semi permanen di sekitar kebun. Untuk keperluan bersih2 rumah dan mencuci pakaian aku mempekerjakan seorang pembantu harian, mbak Juminten.

Suka Bening : Cerita Sex Adik Pacar Temanku Yang Masih Perawan
Wanita ini berumur 44 tahun, hitam manis, tinggi skitar 160 dan tubuhnya sedikit gempal. Mbak Juminten asli Solo, dia menikah dan ikut suami yg bekerja di perkebunan ini. 5 tahun yg lalu suaminya wafat dan meninggalkan seorang balita perempuan berumur 5 tahun. Mbak Juminten mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya yg sdh tua.

5 bulan mbak Juminten melayani keperluanku dgn baik, meski agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir pekan. Gaji yg aku berikan sebenarnya diatas pasaran, ttp mungkin karena besarnya kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku. Belakangan mbak Juminten meminjam uang lebih besar dari biasanya, setelah aku tanya dgn detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir akibat kebiasanya membeli togel dan arisan.

Tidak mengerankan, hanya beberapa bulan berlalu mbak Juminten telah meminjam uangku lebih dari 2 jt, dan pada usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus.

Pagi itu dia sangat bingung dan panik, dengan meneteskan air mata beliau mencoba terus memohon utk memberinya pinjaman sekitar 1,5 jt utk menutupi tuntutan hutang dari bandar judi togel di desa.
Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak juminten terus terisak.

Aku memperhatikan wanita paruh baya ini dgn seksama, wajahnya seperti kbanyakan wanita jawa pada umumnya,tdk cantik tp aku akui masih terlihat lebih muda dari umurnya. Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali melirik tubuh bawahnya yg msh kencang dan bahenol walau pikiran kotorku tdk melangkah lebih jauh.

Semalam, aku dan beberapa temanku sempat iseng nonton film blue sambil makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung desa dan minum beberapa botol anker bir.
Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.

Aku mencoba menepis pikiran itu, bagaimanapun itu bukan diriku yang sebenarnya. Mbak Juminten juga jauh dari tipe wanita yg aku inginkan. Terlebih aku takut dengan akibat yg bisa saja terjadi. Bagaimana kalau dikemudian hari kenekatanku akan berbalik menjadi bencana utk diriku dan karir.

Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor dan waras. Mbak Juminten masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan air mata. Ruangan menjadi sunyi. Well, aku tidak mungkin tega menolak permohonanya, tapi setidaknya dia harus belajar utk berfikir panjang.
“Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak” aku memulai bicara.
“Nggih Den..”

Dia bangkit untuk berdiri,bagian bawah pada daster lusuh itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri, ada bagian yg tidak sengaja menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing terbawahnya,sebagian pahanya yang besar dan lututnya terkuak
dihadapanku beberapa detik. Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.

“Hmm…bingung saya mbak..”Jawabku, kepalaku masih terasa pusing hasil minum2 semalam, aku menekan sisi kiri kepalaku.
“Kenapa den, pusing?” Tanya mbak Juminten.
“Iyah, semalem begadang sm temen2..” Jawabku.
“Mbak ambilin aer putih sebentar..”Serunya sambil segera berlalu ke dapur.

Sekelebat aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan makin kuat mempermainkan pikiranku. Bongkahan pantat itu bergoyang2 dibalik daster, mungkin pakaian dalamnya sdh sempit, dan bayangan tentang pahanya yg td sempat terlihat itu makin menggangguku.

“Makasih mbak” ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.

Mbak Juminten masih berdiri di depanku, menungguku selesai minum. Aku menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu pikiranku makin terpuruk.
“Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang ” ujarku.
“Iya den..” Jawabnya pelan.
“Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 sudah cukup..” Ujarku memulai kembali pembicaraan.
“Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp kepaksa..”Jawabnya dengan suara lirih.

“Waduh..”Jawabku terputus.
Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk mengambil kesempatan.

Mbak Juminten menatap ke lantai, pikiranya masih kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa. Aku akhirnya menyerah, biarlah, ini utk terakhir aku membantunya, dan berharap dia segera pulang agar sesuatu yg terburuk tidak terjadi pagi ini.
“Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya..” Ujarku.
“Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya..”Sergahnya.

“Apa aja..” Waduh, kata2 itu sangat menggelitik benakku. Perempuan bodoh, seruku dalam hati.
“Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak..”Tanyaku sambil tersenyum.
“Apa aja yg den agus minta mbak kerjain ..”Jawabnya lugu.
“Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?” Kalimatku mulai menjebak.
“Hehe..apa aja den..” Jawabnya sambil tersipu.
“Mbak..mbak..hati2 klo ngomong..”Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
“Maksudnya apa den..”Tanyanya heran.
“Saya ini laki2 mbak, nanti kalo saya minta macem2 gimana..”Lanjutku mulai berani.
“Mbak gak paham den..” Wajahnya masih bingung.
“Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja..”Godaku.
“Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain..”Jawabnya.
“Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji yah dikembaliin secepatnya”aku berusaha menyudahi percakapan ini.
“Makasih den..makasih banget..”Jawabnya lega.
“Tapi emangnya den Agus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak bisa bantu?”Lanjutnya.

Aku yg tengah berjalan menuju kamar terhenti, kali ini pikiranku sudah tidak terkontrol lagi, kalimat itu seperti akan meledak keluar dari mulutku.

Aku membalikan badan, menatapnya dengan seringai aneh.
“Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?”Sergahku.
“Iya den, ngomong aja..”Jawabnya.

Dasar perempuan bodoh ujarku dalam hati.
” Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya..”Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
“Terus Den?” Tanyanya penasaran.
” Mbak temenin saya tidur..”Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku berdegup kencang.

Wajahnya sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti akan bereaksi seperti itu, tapi salahnya sendiri. Aku sudah berusaha keras utk menahan diriku utk tidak berniat aneh pada dirinya tapi kesadaranku belum penuh utk melawan kegilaan ini.

“Maksudnya..maksudnya apa den..mbak kok jadi takut..”Wajahnya mulai memucat.
“Iya temenin saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang..”Jawabku, aku tau mukaku memerah.

“Mmm…tapi..tapi itu kan gak mungkin den..”Ujarnya dengan suara pelan.
“Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang..”Jawabku .

Ruangan kembali sunyi, mbak Juminten tertunduk, menggenggam kedua tanganya dengan gelisah. Ada rasa sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah terlanjur. Aku sudah tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi gelapku yg bertindak.
“Gimana mbak?” Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
“Tapi itu gak mungkin Den..gak mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu..” Jawabnya, suaranya kembali lirih.
“Hhhh…” Aku menghela nafas berat.

Mbak Juminten wajahnya kembali muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, sperti berpikir keras.
“Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes ..”
Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.
“Itulah laki2 mbak..” Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.

Dia mungkin menyesal telah mengucap kata2 yg tadi memancing kenekatanku. Tapi situasinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan menghardiku dan segera pergi menjauh, sementara mbak Juminten tidak punya pilihan lain.

“Sekarang terserah mbak, saya tetep kasih uang yg mbak minta, kalo mbak mau menuhin kemauan saya okay, gak juga silahkan..”Jawabku pelan sambil melangkah ke kamar.

Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang ditangan. Aku meletakanya pelan di atas meja kecil di depannya. Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja kemudian kembali tenggelam dalam pikiranya.

Kami kembali sama2 membisu. Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.

“Den…apa aden yakin …?” Tiba2 dia berucap.
“Sebetulnya saya gak tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah mbak de..”Jawabku dengan tenang.

Matanya berkaca2 menatap langit2 ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.

“Hmmmm…baiklah Den..mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya mana sekarang..kalo itu maunya aden..terserahlah..jujur aja mbak teh takut banget..mbak bukan prempuan gitu den..mbak memang janda..tapi bukan..”
“Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera pulang..”Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.

Aku membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda ketakutan.Aku tengah dilanda gairah, tapi was2 dengan kemungkinan buruk yg bisa saja terjadi.

Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yg memang tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Juminten melangkah masuk sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk.

Dia berdiri menatapku di samping ranjang, tatapanya penuh arti. Well, kalo saja aku tidak terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar kamar, aku merasakan takut yg sama seperti yg dirasa mbak Juminten.

Tapi aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.
“Mbak yakin mau ngelakuin ini”?tanyaku.
“Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja..”Jawabnya pasrah.

Aku menatapnya lekat2, pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya, seperti ingin menelannya hidup2.

Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar.

Memang sudah harus kejadianya seperti ini, apa lagi yg aku tunggu ujarku dalam hati. Makin cepat makin baik, setan itu membisiki bertubi2.

Aku menarik tangan itu agar tubuhnya mendekat. Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih dahulu, tapi nafsuku sudah tidak tertahankan. Aku segera meneruskan dorongan tubuhnya yg limbung terhempas ke atas kasur.

Begitu dia terhenyak di sampingku, aku langsung menerkamnya, menghimpitnya dibawah tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya.

Aku tidak memberikanya waktu utk berpikir, aku melumat2 bibirnya, menciumi dengan kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya.

Nafasnya tersengal, wajah itu masih terkaget2 dengan apa yg sedang aku lakukan. Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya dibawahku, daster itu telah tersingkap ke atas.

Aku seperti kesetanan menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jemari tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. Gerakanku cepat terburu nafsu.

Sebentar saja seluruh tubuhnya telah ku jamah. Aku masih menciuminya membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka lepas pakaianya.

“Den..jangan den..sudaah..” Serunya ketika aku kembali menciuminya,hanya hanya bra dan celana dalamnya yg tersisa menutupi tubuhnya. Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku.

Aku tidak memperdulikan perlawananya. Aku menduduki perutnya sambil kedua tanganku bergerak melepas bajuku.

Nafasku memburu, yg keluar dari mulutku hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka. Wanita ini makin ketakutan melihatku.

Kemudian aku bangkit berdiri di atasnya. Kedua tanganku bergerak cepat melepas celana pendek dan celana dalamku. Mbak Juminten menangis.

Aku tidak perduli lagi, kejantananku telah berdiri mengacung di atasnya, mbak Juminten makin panik melihatku. Jemariku bergerak2 mengocok2 cepat batang penisku sehingga semakin keras berdiri, matanya terpejam basah.

“Den..sudahlah den…jangan..sudahlah..mbak gak jadi pinjem uang..sudaaah..”Jeritnya ketika aku kembali menduduki perutnya. Dia berusaha meronta tapi kedua tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua sisi bantal.

“Sudah telat mbak” Suaraku bergetar menghardiknya.

Aku memaksa kedua paha sekel itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya rapat. Kami bergumul beberapa saat, begitu ada celah aku segera menekan kuat selangkanganku di dalam jepitan pinggul mbak Juminten.

Dengan gerakan kasar aku menarik ke samping paha kirinya. Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke arah vaginanya.

Aku sempat salah memposisikanya, dorongan penisku menggesek keluar di atas permukaan kemaluanya. Pada percobaan kedua kepala penis itu langsung menusuk masuk.

Mbak Juminten menjerit terperikan oleh rasa sakit..Wajahnya meringis,matanya menyipit menahan perih diselangkanganya. Dia sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk.

“Ahhh…shhh…oohhh..” Desahku,terasa nikmat menjalar melalui kejantananku hingga naik ke otak, aku seperti terbakar. Melihat kemaluan mbak Juminten yg berbulu lebat membuatku makin bernafsu. Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat.

Aku sedikit menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam, mbak Juminten kembali tersedak,urat lehernya menegang, matanya menatap ke arah selangkangan, lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya.

Aku kembali mengulanginya, kali ini aku mendorongnya lebih keras. Mbak Juminten makin menjadi tangisnya.
“Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn…sudaaah..” Rintihnya sambil memegang bahuku keras.

….Selanjutnya aku lupa diri, aku meliuk2 menyodok selangkanganya. Penuh tenaga, makin lama makin cepat gerakanku. Bunyi derit ranjang kayu itu menambah seru suasana.

Wanita ini memiliki tubuh yg cukup menawan. Meski sudah berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan bahenol. Pahanya yg besar itu mulus meski tidak putih, melingkari pinggulku.

Aku beringas menghempas2 tubuhnya di bawahku. Mbak Juminten telah berhenti menangis, matanya terpejam, hanya terdengar suara nafasnya yg terputus2, buah dadanya bergoyang2 mengikuti gerakanku. Wanita ini sudah pasrah dengan apa yg tengah terjadi.

Bahkan ketika aku merubah posisi, mengangkat kedua pahanya ke atas, menahanya tergantung di udara dengan kedua lenganku,kembali penisku terbenam,mbak Juminten hanya diam. Hujamanku makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yg terkuak lebar.
“.. Plok..plok..plok..” Suara gesekan selangkangan itu terdengar jelas ditelingaku.

Kemaluan mbak Juminten yg basah makin menghangatkan batang penisku di dalam. Sesaat lagi aku sudah tidak kuat menahan desakan, aku seperti kesetanan menggenjotnya. Mbak Juminten seperti mengerti apa yg akan segera terjadi.

“Den..tolong.. jgn keluarin di dalem den..tolongg…” Serunya memohon dengan suara gemetar.

Aku tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi akan sampai.

Mbak Juminten memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba2 berhenti, tubuhku tengah meregang.
“Deenn..cabut deen…” Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.

Aliran sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat mencengkram sprei. Beruntung aku masih sempat menarik batang penisku keluar dan tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.
“Ahhhhh…sshhhhhh…mbaaak…aduuhhhh…..” Jeritku panik.

Belasan kali cairan hangat itu menghantam sebagian perut mbak Juminten. Aku terpapar kenikmatan luar biasa, mataku terpejam beberapa saat hingga akhirnya semuanya usai.

Mbak Juminten melihat proses akhir tadi dengan seksama, dia memperhatikan wajahku yg meregang, matanya was2 melihat penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri perutnya.

“Sudah den..sudah puas ?” Ujarnya beberapa saat ketika aku masih tersengal diam di atasnya, air mata itu kembali mengalir dari pinggir pipinya.Kalimat itu serasa menamparku.

Rasa penyesalan perlahan2 merayap . My gosh, aku baru saja menodai perempuan ini. Bagaimana mungkin hingga aku bisa sebejat itu.

“Maafin saya mbak..saya bener2 khilaf..” Jawabku bingung.
Aku beringsut mundur, memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.

Aku melepas kekalutan pikiranku dengan menghisap sebatang rokok di ruang tamu. Mudah2an mbak Juminten tidak memperkarakanku, menganggapnya selesai hanya di sini. Aku menepuk2 keningku menyesali kebodohanku.

Mbak Juminten keluar kamar beberapa menit kemudian. Matanya sembab, dia duduk di kursi di sampingku, tanpa bicara. Suasana hening, aku tidak berani menatapnya atau memulai pembicaraan.

“Ini uangnya saya ambil den, nanti diusahain dikembaliin kok..” Ujarnya pelan, suaranya berat,hidungnya seperti tersumbat cairan.
“Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi..”Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
“Gak papa den..gak papa..”Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam.

“Sekali lagi maaf mbak..”

Dia mengangguk pelan sambil menunduk,tetes2 air mata itu masih berjatuhan dipangkuanya. Aku meraih uang itu, melipatnya,kemudian memasukanya ke dalam kantung dasternya.

Jemariku menyentuh pangkal tangannya, menepuknya pelan kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke kamar sambil menutup pintu. Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu menangis. Aku terbaring,penat terasa, pinggangku nyeri.

Aku melihat Jam di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih dari 2 jam. Perutku sangat lapar, aku melangkah keluar kamar. Mbak Juminten mungkin telah lama pulang. Aku kembali didera pikiran buruk. Dendamkah dia padaku, bisa saja tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan tuduhan cabul atas laporan darinya. Hhhh..sudah terjadi, yg nanti urusan nanti.

Aku pergi kerja agak telat keesokan harinya, aku sengaja menunggu mbak Juminten datang, memastikan bahwa kekawatiranku tidak terjadi. Jam 8 mbak Juminten tiba, perasaanku tidak karuan ketika dia membuka pintu depan.

“Loh belum kerja den?” Tanyanya, wajah itu terlihat datar, malah ada senyuman kecil menghias bibirnya.
“Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng..”Jawabku berusaha tenang.
“Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?” Tertawanya membuatku lega.
“Iya mbak..takut aja, …mm..”
“Mm.. Apa den..?” Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
“Maaf yg kmaren mbak…”Jawabku.
“…..ya ndak papa den…mmm..yo wis..lupain aja..” Serunya, dia melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya.

Yah sudahlah, yg jelas tidak akan ada masalah, dia sudah menerima perlakuanku kemarin. Aku segera berlalu menuju kantor.

Hari2 selanjutnya berlangsung normal, kami hanya bertemu di akhir pekan, tidak ada bahasan lagi soal peristiwa itu. Mbak Juminten tetap melakukan pekerjaanya dengan baik. Kami hanya sesekali mengobrol basa basi.

Satu bulan berlalu, aku mulai melupakan peristiwa itu. Kerjaanku makin banyak mendekati akhir tahun. Aku juga makin sering menghabiskan waktu di luar bersama teman2 di akhir pekan.

Hingga pada suatu pagi di hari sabtu aku terbangun dan terjebak dalam lamunan tentang mbak Juminten. Malam itu aku mimpi erotis, dengan mbak Juminten, cairan sperma itu sebagian telah mengering memenuhi celana dalamku.
Dalam mimpi itu aku menggauli mbak Juminten dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku.

Jam 9 pagi, wanita itu telah datang seperti biasanya. Aku baru saja selesai mandi dan tengah bersiap utk sarapan.
” Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak..” ujarku sambil tersenyum ramah.
“Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu..” Jawabnya.
“Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu..” Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
“Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu..” Jawabnya seraya melangkah ke dapur.

Aku melihat tubuhnya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu cukup jelas mencetak lekukan pinggul, pantat dan pahanya. My gosh, darahku berdesir, mimpi semalam membuat hayalanku makin parah.

Otaku segera bereaksi, mencari jalan pintas, berandai2 seandainya hari ini aku kembali bisa memperdayainya. Aku segera menepis pikiran buruk itu.

Mbak Juminten telah kembali, duduk bersebrangan di depanku dan telah bersiap utk makan.

“Gimana kabar orang rumah mbak, sehat semua?” Tanyaku basa basi.
“Sehat den…” Jawabnya santai.
“Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?”
“Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar..”
“Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar, lebih boros juga…” Lanjutku.
“Wahh bagus tu den..tapi perlu modal, ibu mertua saya pinter masak..”Jawabnya semangat.
“Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin temen2 saya..”
“Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Agus..” Jawabnya.
“Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe..” Jawabku.
“Hehe..untuk den Agus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg..”
“Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis..”Jawabku.
“Duh saya makin banyak utang budi dong den..”Lanjutnya.
“Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak..”
“Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng..”
“Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting..”Jawabku.

Obrolan pagi itu terasa menyenangkan, spertinya dia benar2 melupakan kejahatanku waktu itu. Aku merasa lega, walau dalam hati aku menginginkan kehangatanya lagi. Pasti nanti ada jalannya, sabar aja, setan itu kembali membisiki.

Minggu pagi, keesokan harinya, mbak Juminten datang membawa anak perempuanya ke rumah.
“Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya.”
“Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik..” Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.
Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.
“Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang..”
“Nggih den….monggo..” Jawabnya.

Aku segera berlalu, mbak Juminten terlihat manis pagi ini, rambutnya terurai ikal menjuntai ke bahu. Paduan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya terlihat lebih muda. Well..well..well..kapan kita bisa bisa berdua di kamar lagi mbak, ucapku dalam hati.

Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali di rumah. Sebagian kemeja dan celanaku telah basah kuyup.
“Waah keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer panas..”Serunya ketika membuka pintu.

“Makasih mbak..” Aku langsung berlalu ke kamar, mengelap kepala dan tubuhku dengan handuk dan mengganti pakaian.
“Rini kemana mbak, kok sepi..” Ujarku ketika duduk diruang tamu.
” Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya..”Jawabnnya.
“Iya mbak, sudah lama jg gak ujan..”

“Ini mbak bikinin teh anget pake jahe den..diminum..” Lanjutnya.
” mantep nih..makasih mbak..”Jawabku sambil menerima cangkir dari tanganya.

Teh itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan ini membuatnya segera tidak begitu panas lagi. Udara diluar gelap seperi senja. Angin menerpa atap seng,menimbulkan suara berisik.

“Masih sibuk mbak, santai aja dulu duduk2 di sini..”Ujarku melihatnya mondar mandir.
“Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos..”Jawabnya.

Tak lama dia menghampiriku dengan membawa sepiring biskuit dan teh utk dirinya. Kami belum memulai obrolan. Aku masih sibuk membalas sms teman2ku.

“Mbak gimana kabarnya, urusan yg dulu itu sudah selesai..” Ujarku memulai pembicaraan.
Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.
“Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya..”Jawabnya.
“Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih..”Jawabku tersenyum.
“Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Lanjutnya.
“Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja..” Jawabku.
“Makasih den..”

Kami kembali terdiam. Tiba2 aku tergelitik utk bertanya tentang peristiwa dulu itu. Sedikit ragu jika itu membuatnya tidak nyaman tapi kalimat itu mengalir tanpa bisa kutahan.
“Mbak..maaf boleh saya nanya..”
“Boleh den..mo nanya apa..”Jawabnya.
“Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?” Lanjutku.
Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.
“Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa..”jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
“Boleh nanya lagi mbak..” Lanjutku.
“Monggo den..”
“Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar..” kalimatku makin menjebak.
“….mmmm…gimana ya..gak tau den..”Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
” Sakit..atau jijik mbak..”
“Jijik kenapa..sakit sih iya..” Jawabnya pelan.
“..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa..” Lanjutnya.
” ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol..”Jawabku.
“Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok..”Lanjutku makin berani.
“Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah..”Jawabnya.
“…well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak..”
” Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak..”Tanyanya kembali.
” Maksudnya..?”
“Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den agus..”
“Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak..”Jawabku.
“..mbak juga nyesel..”
” tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak..”
“Apa den..ngomong aja..”Jawabnya penasaran.
“.. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak..”Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
“….mmm…apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi..” Wajahnya lekat2 menatapku.
” ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian itu..”Jawabku.

Mbak Juminten tersenyum tipis, aku penasaran apa yg ada dalam pikiranya.
“Apa yg aden inget waktu kejadian itu..” Ujarnya.
“Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry..”Jawabku.
“hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi..”
“Sekarang jg lagi mikirin itu mbak..”Aku memotong kalimatnya.
“..hmm…yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den..”Jawabnya.
“Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana..”Responku mencecar pikiranya.
“Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah..”Jawabnya.

Aku paham dia tengah dilanda kebingungan, di satu sisi dia segan menepis godaanku, di sisi lain dia tidak ingin terjerembab dalam perzinahan bersamaku lagi.

Aku menggeserkan dudukku mendekat. Tanganku memegang jemari tanganya. Wanita ini terkesiap dgn kenekatanku.
“Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya..” Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
” Jangan den..dosa….”Jawabnya ketakutan.

Tapi dia sudah terlambat, ciuman bibirku telah mendarat di bibirnya. Aku memagut2 bibir itu pelan.

Wajahnya pucat pasi..antara kaget dan bingung dengan apa yg dia tengah rasa. Aku kembali menciumi wajahnya, bibir kami kembali bertemu, tanganku telah melingkar dengan manis di lehernya.

Dia hanya terdiam..tanpa reaksi. Tidak ada penolakan, aku makin berani merapatkan tubuhku. Kali ini tidak hanya bibir dan sekitar wajahnya, ciumanku mendarat di leher dan belakang telinganya. Mbak Juminten bergidik, tubuhnya merinding.

Mendung semakin gelap diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin kencang. Aku berdiri, kedua tanganku menggapai tanganya, menariknya keatas kemudian membawanya melangkah mengikutiku, ke arah kamar…

Mbak Juminten sama sekali tidak bereaksi, dia kikuk mengikuti langkahku. Wajahnya takut2 melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat.
Ruangan kamar cukup gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati.

Aku membimbingnya utk berbaring diranjang. Wajahnya menatapiku tanpa henti,menanti kejutan2 selanjutnya. Aku kembali menciumi bibir itu, tidak ada balasan berarti darinya. Seluruh leher dan bagian dadanya yg tertutup kaos itu habis ku kecup. Nafas mbak Juminten terdengar menderu.

Tidak perlu lagi basa basi, aku segera melepas habis pakaian yg dikenakanya. Hanya tertinggal bra dan celana dalam lusuh itu menutupi. Tubuhku pun telah hampir telanjang, pakaianku berserakan di lantai. Aku langsung menindih tubuhnya.

Mbak Juminten mendesah, jantungnya terdengar cepat berdetak di telingaku, mulutku tengah puas mencium dan menggigit2 payudaranya yg lumayan besar.

Kulit kami saling menempel, bulu2 diperutku mungkin membuatnya makin merinding. Tanganku telah kesana kemari meraba tubuhnya, jemariku lincah menggosok2 sekitar selangkanganya.

Penisku telah sedari tadi diruang tamu mengacung keras, diranjang ini dia semakin garang menempel dan kadang2 menggesek tepat ditengah2 selangkangan mbak Juminten. Dia makin terbuai oleh rangsangan dariku. Wanita ini siap sedia untuku hari ini, aku sangat beruntung.

Akhirnya kami sudah sama2 siap tempur. Vaginya sudah terkuak lebar dan basah. Permainan lidahku tadi di situ telah membuatnya tanpa sungkan2 merintih dan mencengkram erat kepalaku.

Pahanya terkulai lebar ke samping, aku sudah bersiap menusuk. Sedikit demi sedikit batang itu terbenam diiringi dengan rintihan mbak juminten dan desis yg keluar dari mulutku. Kami berpelukan erat ketika penis itu telah berhasil menyentuh dasar vaginanya. Oh my gosh, nikmat sekali.

Kami kembali berpagutan, pelan2 aku menarik ulur selangkanganku. Mbak Juminten hingga memeluk pantatku merasakan sensasi itu.

“Nikmatilah mbak,nikmati yg sudah lama tidak kau rasakan. Usiaku memang terlalu muda untukmu, tapi aku sanggup memberimu kepuasan,” ujarku dalam hati.

Aku ingin menikmati moment ini lebih lama, aku mengaduk2 kewanitaanya perlahan dan lembut. Suasana begitu romantis.
“Uhh..uhh..shhh..hhhh…” Mbak Juminten mendesah setiap kali aku menusuk selangkanganya. Tanganya lembut memeluk punggungku.

Kami terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. Makin lama gerakanku makin cepat. Tenagaku seperti tidak habis membawanya pada kenikmatan. Mungkin lebih dari 15 menit berlangsung, mbak Juminten mulai kewalahan. Jepitan pahanya makin kuat sementara pantatnya tidak henti bergerak ke atas menyambut penisku, nafasnya sudah tersengal. Mungkin tidak lama lagi mbak Juminten mencapai klimaks.

“Buuuk..ibuuuk..di manaaa…rini pengen pipis..” Tiba2 suara anaknya terdengar nyaring di depan pintu kamar.

Kami yg tengah melambung terkesiap kaget dan melepas pelukan. Sekejap saja kami telah berdiri, saling bertatapan dalam kebingungan.
“Buuk…ibuuuk..”Lanjut bocah itu.

Damn it..aku menyumpah dalam hati.
“Iya sebentar naaaak..pipis aja di dapur..ada kamar mandi di situ..ibu lagi beresin kamar..sebentar lagi keluar..” Jawab mbak Juminten panik berusaha memungut pakaianya yg berserakan di kasur.

“Iya buk..” Jawab bocah itu.
“Nanti baring aja lagi di kamar, ibu nanti nyusul..”Jawabnya sambil berusaha meraih celana dalamnya.

Aku menahan tanganya, “biar aja mbak..tanggung sebentar lagi..” Ujarku.
“Jangan..nanti dia curiga..” Jawabnya menepis tanganku.
“Nggak..sebentar lagi..tenang aja..”Seruku.
“Jangan Den..” Jawabnya, tapi kalimat itu terpotong.

Aku menarik tubuhnya, nafsuku sudah memuncak. Aku mendorong tubuh telanjangnya menghadap meja kecil di hadapan kami. Dengan sekali kibasan seluruh benda2 kecil di atasnya berlompatan jatuh ke lantai dengan suara yg berisik.

“Den..nanti den…sabar..” Jawabnya kebingungan.

Aku tidak memperdulikan ucapanya. Tubuhnya ku dorong merapat ke pinggir meja, kedua kakinya aku paksa untuk melebar, pantatnya aku tarik ke belakang. Posisi mbak Juminten sudah menungging di depanku, belahan pantat itu mempertontonkan lubang anusnya.

Aku menjadi kian brutal, pantat besar dan bahenol itu ku angkat, bagian vagina dan rambut2 halus itu terpampang didepan selangkanganku. Penisku langsung mendekat, langsung menghujam masuk. Pemandangan dibawaku membuatku makin bernafsu.Batang penis itu perlahan menghilang diantara bongkahan pantatnya.

O gosh..nikmat sekali, aku mendesis2 menahan geli. Segera saja tubuhku menyodok2 dengan kuat. Tubuh mbak Juminten maju mundur terpapar seranganku. Sebentar saja dia kembali merintih.

Permainan kami berlangsung cepat, kekagetan tadi itu menambah selera, bunyi gesekan kemaluan kami mengiringi. Mbak Juminten memutar2 pinggulnya berusaha segera meraih akhir perjuangan. Peniskupun sudah seperti ingin meledak.

Tubuhku semakin kuat menekannya kedepan, mbak Juminten gemulai memutar pantatnya kesana kemari, makin liar dan binal dan akhirnya dia meraih klimaks.

“Uhhhh…uhhh…dennn….aduuuhh..uuhh..huhhu..huh uuu..uuhh..” Jeritnya sambil terisak.

Kedua pahanya mengejang kaku,kepalanya hingga terbaring dipermukaan meja sambil terus merintih tiada henti. Cairan hangat kewanitaanya membasahi penisku di dalam.

Aku ingin segera merasakan hal yg sama, sodokanku makin cepat melabraknya.Beberapa kali ayunan akhirnya pantatku berhenti bergerak bersiap meregang, tanganku kuat mencengkram pinggulnya.
“Cabut den..cabut…jangan didalem..”Serunya panik.

Aku masih sempat menarik penisku keluar tepat ketika spermaku datang menerjang.
“Ahhhhh….mbakkk..oooh…shhh..ahhh…”Jeritk u ketika sperma itu menyemprot panas tepat diatas bongkahan pantat bahenol mbak Juminten.

Sebagian mendarat di dalam belahan pantatnya, mengalir turun menelusuri permukaan anusnya. Jari tangan mbak Juminten menyelusup dibagian situ, menahan aliran sperma itu mendekati vaginanya dan menyekanya dengan cepat.

Kami terkesima dengan nafas tersengal. Nikmat masih menjalari benak kami dalam bisu. Akhirnya permainan ini usai.

Aku terduduk lemas di pinggir ranjang menatap mbak Juminten yg masih berdiri dari belakang, badanya limbung memegang pinggiran meja. Cairan sperma itu berkilauan pada bagian pantatnya. Juga terlihat cairan putih kental dari dalam vaginanya yg tertahan bulu lebat kemaluan mbak Juminten.

Hujan telah reda ketika kami duduk di ruang tamu. Bocah kecil itu tengah serius menonton tivi di belakang kami. Dia tidak menyadari bahwa ibunya baru saja telah bertarung hebat di kamar bersamaku.

Mata kami yg hanya berbicara saat itu, apa yg sudah terjadi tadi membungkam kami tenggelam dalam pikiran masing2.

Semenjak hari itu hubungan kami berada dalam suasana yg baru. Usaha katering yg kujanjikan berjalan sukes, tarah hidup mbak Juminten meningkat lebih baik.

Hingga hari ini mbak Juminten masih menemani gairah mudaku yg tak kenal batas. Ada terbersit dalam hati untuk menikahinya suatu hari nanti, biarlah waktu yg menentukan akhirnya. Udara dingin perkebunan teh ini membuat kami terus larut. - Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Perkenalanku Dengan Adik Pacar Temanku Yang Masih Perawan.

Agen Judi Online Terpercaya

Minggu, 07 Agustus 2016

Cerita Sex Mawar Merah

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Mawar Merah - harusnya menjadi saat bersantai sejenak dari rutinitas sehai hari. Uuuuhh.. Hari sabtu yang begitu cerah. Andai saja saat ini aqu berada di pulau bali tentunya aqu akan ber sunbath ria sambil menikmati segarnya es kelapa muda, Tapi sekarang aqu sedang di office untuk mendengarkan hasil dari peperangan dalem memperebutkkan mega tender dari investor asing. Berita baik nya, perusahaan tempat dimana aqu bekerja telah berhasil memenangkan tender tersebut. Duuch, alangkah senang nya hati kuuu cukup menjadi obat lah berharap dapet bonus gede.

Cerita Sex Mawar Merah
Suka Bening : Cerita Sex Mawar Merah
 “Saraahh!! Selamat ya, berkat kegigihan loe ber argumentasi, para raja minyak dari timur tengah itu percaya untuk berinvestasi di perusahaan kita. Loe emang bener bener malaikat Farah. Thaanks yaa!!”

“Selamat yaa Farahh!!! Duch hebat bingit sih eloe!”

Aqu hanya tersmile senang melihat kelaquan kawan kawan office yang begitu heboh dan bergembira akan hal ini. Cipika cipiki dan berpeloekan adalah yang kita laqukan. Ga lama tai Hanya sesaat…

Hmm.. Akhirnya usaha yang aqu laqukan dengan memberikan presexntasi di meeting kemarin berhasil. Dan usaha ku untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini berbuah manis.

“Farah, yuuk kita rame rame jalan yuuk, untuk merayakan keberhasilan ini. Yaa, yaaa..” ajak salah seorang kawan officeku.

“Emm.. gimana ya, guwee.. gu..”

“Alaah ga usah pakai alesan pokok nya eloe harus ikut.”, kawan officeku yang lain pada ikutan memaksa.

“Iyaa deeh, tapi bentar duloe yaa..”

Aqu celingak celinguk sesaat mencari kekasih ku ,si ketan yang tadi aqu suruh nunggu di lobby office.

“Sesaat, sesaat.. guwe nemuin sepupu guwe duloe deh..” kata ku seraya berjalan kearah Shiro.

Mengapa aqu memperkenalkan Shiro sebagai sepupu ku? Bukannya maloe, tapi aqu kasihan dan ga rela kalo Shiro jadi bahan ejekan kawan kawan office.

“Ketaan!! Guwe berhasil! Perusahaan ini menang tender!!” teriakku mengabarkan berita gembira ini kepada Shiro. Bocah kuliahan yang aqu ajak ke tempat kerjaqu, dengan kaos distro khas abg.

“Waah, hebat loe yaanggg! Congrat yaah!!”, jawab Shiro langsung mendekap memeloekku erat.

“Iya iyaa, ehh! Eeh!! Tapi lepasin duloe dong peloekannya. Maloe tau ga di liatin recepsionis.”

“Biarin, abis nya pasti loe mo pergi ngerayain ma kawan kawan loe kan?” ucap Shiro sebel.

“Lagian tadi gua sempet liat pakai acara peloek peloekan, cipika cipiki segala sama kawan loe yang cowok!”

“Mengapa loe kok jadi kaya gini? Loe jealous yaa? Biasa aja kalee tan, ini kan dunia kerja lagian mereka itu sudah kaya sodara sendiri kok.”, terangku panjang lebar dengan jelas.

“Iyaa iyaaa dunia kerja, bukan dunia gua yang masih kuliah, gitu kan?”, jawab Shiro kesal dan langsung menuruni anak tangga menuju basement.

Aqu langsung mengejar dan memegangi lengan yang tertutup kemeja panjang kotak kotak itu.

“Taan, pleasee dong jangan ngambek yaa. Iyaa deh maap, guwe minta maap yaa..”

“Huuh eloe itu emang yaa, kebiasaan. Sebel gua. Tapi gua ga akan ngerusak hari bahagia ini deeh, Hmm.. Tapi sun duloe dong.”

“Iiiihhh loe tu yee, emang pinter nyari nyari kesempatan deeh.”

“Yasudah terserah eloe. Kalo ga mau juga gapapa kok.. weekkzz!!” cibir nya sembari meleletkan lidah nya kearahku.

Aqu memutarkan tubuhnya. Sekarang kita saling berhadapan dan aqu mulai berjinjit untuk mengecupkan bibir berpoles tipis lipstik warna merah terang kearah pipi nya, dan

“Cuup..”

“Sudah yaa, jangan ngambek lagi. Guwe sayang bingit sama eloe, tau ga??” ujarku sambil melihat mata bening nya yang juga sedang menatapku.

“Hehehehe.. oke tuan putriii, sekarang silahkan jalan dah ma kawan kawan gawe loe tapi ntar sore kalo pulang jemput gua di lapangan sepakbola yaa”

“Iyaa deh ntar di jemput. Kudu menang lhoh yaa. Kalo kalah guwe kebiri loe!! Hahaha!!”

“Yee enak aja loe, dasar peyaanggg katrok!! Have fun yaa..”

“Okee, taann!!”

Kita pun berpisah. Aqu pergi sama kawan office, dan Shiro kembali menemui kawan kampus nya untuk balik ke kampus, tempat dia menempuh S1 nya.

Hmm.. hari ini guwe bener bener bahagia. Sukses di tempat gawe, dan Shiro masih sekemudian bisa membikin guwe jengkel, kangen, dan gemes…

Setelah ber pesta dengan kawan kawan office, aqu pun melajukan Volks Wagen beetle dengan santai menjemput Shiro di lapangan bola tempat biasanya.

“Godain si ketan kaya nya asyiik neeh, hihihiii . . .” ucapku dalem hati sambil terkikik.

Hanya butuh saat sekitar 30menit untuk menuju lapangan bola. Sesampai nya di lapangan, aqu melihat Shiro sedang duduk santai bersama seorang kawannya.

“Samperin ahh, sekalian ngasih air mineral dingin dalem botol kemasan..” gumam ku sembari melepas blazer kerja.

Sekarang aqu Hanya mengenakan baju model kemben yang terlihat kekecilan membungkus tubuh indah yang semampai ini. Celah belahan dada ku terlihat jelas dan semakin terlihat seksih terkena cahaya sinar matahari sore.

“Hai ketan jelekk!! Manyun aja mengapa loe!!”, kata ku dengan menabok bahu nya dan langsung berdiri di hadapannya.

“Aaah sialan loe yanggg!!”, jawab Shiro sambil membelalakkan mata melihat pose yang emang sengaja aqu bikin seksih.

Berdiri dengan berkacak pinggang dan menekukkan tungkai kaki kanan ku, dengan kaki kiri loerus menapak ke tanah lapangan. Puser cantik itu terlihat mengintip diantara baju kemben dan celana panjang ku. Hmm.. bener bener nakal..

Dari sudut mataqu, kawan Shiro sampe melongo melihat sembulan buah dada putih yang bagian atas nya terlihat jelas.

“Biarin aja, terserah guwe doong. Ooh iya neeh ada air mineral dingin..” ujar ku dengan merundukkan tubuh tepat dan dekat dihadapan mereka berdua.

Aqu sangat yakin kalo sembulan buah dada mulus ini semakin mencuat, seakan pengen keloear dari kandangnya. Aqu pun bisa mendengar suara loedah yang terteguk mekemudiani tenggorokan mereka. Hihihihi… Kita ngobrol seru, sesekali aqu tertawa terbahak bahak yang menyebabkan bongkahan sepasang buah dada yang ter kembeni itu ikut bergoncang seiring tawaqu, dan tentunya merupakan pemandangan yang begitu indah untuk di loepakan buat mereka di sore hari yang cerah ini. Setelah asyik ber haha hihi, aqu dan Shiro pun pulang ke kost.

“Cuup” pipi kanan Shiro aqu kecup tiba tiba, Sebeloem memasuki mobil.

Shiro tersmile maloe. Dari sudut mataqu terlihat ada seseorang melihatku, tapi aqu ga peduli siapa dia. Palingan iri melihat cewek cakep ngecup cowok manis hihihi…Shiro yang nyetir dan aqu merebahkan kepalaqu di bahu kiri nya. Lagu “thank you” dari dido mengaloen lembut menjadi teman dalem perjalanan ke kost Merah Delima.

Malam minggu kali ini aqu cukup kan untuk stay at kost aja. Menikmati sajian sinetron yang membosankan, atau liat DVD. Inge sendiri sudah heboh untuk ketemuan dengan si Oom nasabah nya yang kemarin sempat beradu raga dan aqu intip hihihii.. Di pintu ruangan ku, berdiri lah sosok cantik dengan dandanan glamour siap cloebbing yang ternyata adalah inge.

“Loe ga jalan sar?”

“Ga ngee, nyantai di kost an ajah. Capek guwe seharian tadi sudah pesta sama kawan kawan office.”

“Sepi lho kost an, anak anak pada pulkam, mami nina juga mo keloear ada acara ma keloearga besarnya.”

“Tapi khan masih ada si ketan”

“Hehehe .. ati ati aja loe diperkosa, nyaho..”

“Aaah, yang ada, dia mah yang guwe perkosa ngee, hahahaha..”

“Eeh kira kira Shiro masih perjaka ga yaa?”

“Yee mana guwe tahu. Harus nya loe yang lebih lama nge kost disini, tahu dong sepak terjang dia.”

“Guwe juga kaga tahu noonnn!! Emm.. Farah, ada sesuatu yang pengen guwe omongin ke loe, tapi besok besok aja dah ngobrolnya. Yasudah deeh, guwe ciao duloe yaa.. have a nice Saturday night Farah cantiiikkkk!!”

“Oke deeh. Take care yaa.”

“Siip lah.”

Dengan menganakan tank top no bra dan rok mini, aqu menikmati udara malam yang begitu semilir sambil menikmati secangkir esspreso(kopi item), setoples kacang mede, dan rokok yang setia terselip diantara kedua bibir yang senantiasa mengundang mangsa untuk mendeep kiss nya.

“Fyuuh mengapa guwe tiba tiba jadi horny gini yaah? Apa karena tadi sore pakai acara flirtingin Shiro sama kawannya itu?” keloeh ku dalem hati.

Sedang asyik asyik nya nge piktor, seiring dengan gairah yang mulai terbangun, tiba tiba ada mangsa lewat. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Ketan yang berkaos santai dan ber boxer polos terlihat berjalan sambil bersiul siul kearah ruangan ku.

Ketan berdiri di pintu ruangan ku yang terbuka, sedang aqu duduk di pinggiran kasur dengan satu kaki terlipat diatas kasur, dan satu nya menjejak ke lantai. Hmm.. look sexy..

Kontan aja mata si ketan melotot melihat kemulusan paha yang tersingkap dari rok mini yang aqu pakai. Sesaat kemudian, bola mata nya naik dan merayap kearah dada ku yang hanya terbaloet tanktop tipis, sehingga apa apa yang tersembunyi di sebaliknya tampak menerawang menggoda, termasuk puting mungil yang tampak imut menggemaskan itu. Cerita Sex

“Yaangg, loe seksih bingittt..” ujar Shiro jujur dan apa adanya, dengan tatapan mupeng.

Mungkin juga disebabkan oleh parfum yang aqu pakai emang wangi menggoda.

“Masa siih, perasaan biasa aja tuuh.”, jawab ku dengan nada genit dan kerling mata yang mulai nakal.

“Peyaanggg.. Hmm.. hehehe.. gimana yaa ngomong nya, tengsin dah..” bilang nya sambil tersipu maloe

Mangsa ssudah masuk perangkap, tinggal bagaimana kita menghabisi nya.. bener ga??? Hohohoo.. seringai iblis pun mengembang..

“Mengapa tan? Hmm, pengen yaa? Hihihihii..” sahut ku manja dengan meloeruskan kedua tangan keatas kepala yang tentunya menyebabkan tank top ku ikut tertarik keatas menampakkan kulit perut yang putih mulus terawat.

Sepasang buah buah dada ku pun ikut ikutan genit, terlihat saling menghimpit satu sama lain. Puting kemerahan yang mempertegas keindahan dari buah buah dada itu juga semakin nyeplak jelas minta di kuloem dan di kelamuti oleh lidah basah yang berasa hangat.

“Masuuk dong.. sini sini, come to mama..” ucap ku seraya melambaikan tangan.

Ketan masih dengan style yang tidak berubah dari duloe. Maloe maloe singa.. iihhh sereeem bo’…. Shiro menghampiri dan segera duduk disebelah ku walau terlihat gugup. Untuk mencairkan suasana biar ga kaqu, telapak tanganku segera mengeloes pipinya dengan lembut. Dengus nafas Shiro semakin bertambah cepat, ketika aqu mulai menempelkan bibir manis ini untuk merajut asmara dengan bibirnya. Sementara itu, telapak tangan ku yang lain, aqu rayapkan dari dada turun perlahan kearah perut, mengusapnya sesaat sebeloem akhirnya mulai meraba, mengeloes, dan mengurut lembut naik turun di batang kemaluan yang masih tersembunyi di balik boxer.

“Semprul, dah ga pakai celana dalem ternyata..”, gumamku dalem hati sembari tersmile simpul.

Merasa aqu mulai menyerang, Shiro kekasihku itu pun juga langsung bereaksi menyerang balik tubuh ku yang ramping padat berisi. Boxer yang di kenakannya ssudah turun sampe loetut. Lidahnya yang pinter memuaskan itu pun mulai merayap ke muloet ber bibir tipis yang ku punya. Sementara tangan nakal nya menjelajah ke seloeruh tubuh ku yang berlekuk indah bak gitar dari Spuanyoolll.. Tangan muda Shiro mulai menjarah dan meremas buah dada yang menggantung sensual, yang masih ada di balik tanktop yang aqu kenakan. Bibirnya masih terus saja menjelajah bibir seksih milikku. Lidah Shiro menggeliat, dan membuat sang ratu yang bernama Farah pradipta itu segera membuka muloet sedikit untuk menyambut ajakan dansa.

“Ouugghhh…” aqu mengerang merasakan getaran nikmat, sambil memejamkan mata keenakan, ketika Shiro menarik lidahnya yang nakal itu dan mulai menguas wajah ku sembari tak loepa untuk sesekali mengecup ringan bibir tipisku yang begitu menggemaskan untuk di kelomoh.

Aqu menatap ke arah Shiro dengan mata redup dan bibir yang menyunggingkan smile menggoda.

“Ummpphhhhh!”

Kepala ku bergerak tanpa henti menikmati ciuman hebat dari bibir seorang Shiro. Merem melek merasakan rangsangan yang kini sedikit demi sedikit mulai menggelitik dan merongrongku. Shiro masih terus saja bersemangat untuk menjarah kenikmatan yang bersumber dari bibir manis ini, sambil tak loepa untuk terus memainkan tangan dan jemarinya di area buah dada putih berputing kemerahan, yang sekarang telah terbebas dengan sempurna dari belitan tanktop. Ga tahu kapan tanktop itu terlepas dari tubuhku. Yang pasti, aqu begitu menikmati nya. Sangat menikmati dengan gairah yang ga tahu mengapa kok menggebu gebu bingit melanda tubuh wangi ini.

Kemaluan Shiro ssudah tampak mengeras seperti kayu. Aqu bisa merasakan hawa binal penuh gairah dari dalem tubuh ku keloear, setiap bersinggungan dan bergesekan dengan batang kemaluan Shiro. Bahkan, ketika batang kemaluan itu di sentuh dan diusapkan dengan sengaja di dinding perut ku yang rata karena rajin berenang. Aqu masih melayang merasakan buaian nikmat dari serangan Shiro di bibir dan di sepasang bongkahan buah dada bulat yang berkulit lembut.

Sang ratu yang cantik menawan itu seakan ssudah menyerah dan hampir tidak bisa bergerak, juga tidak bisa memelihara konsentrasi nya untuk memberikan perlawanan kepada Shiro, karena serangan penuh nikmat dari Shiro sangat lihai dan begitu melenakan. Tangan kekasihku itu bergerak lincah, terampil, juga begitu cepat karena menyadari kalo mangsa yang jelita ini, kini sedang terkurung nafsu yang dia ciptakan.

Tak berlama lama, tangannya segera menelanjangi celana dalem hijau mungil milik ku. Karena terkemudian menikmati buaiannya, aqu pun tidak menyadari ketika bagian bawah tubuh ramping berkulit lembut ini, kini telah telanjang. Kemaluan tanpa buloe yang menyimpan berjuta kenikmatan itu kini siap di kail, dan siap memberikan rasa nikmat terhadap apapun yang memasukinya.

“Time for kikuk-kikuk  yanggg!!” ucap Shiro setelah melepas kuloeman liar pada muloet dan bibir ku.

Shiro, kekasihku itu pun berdiri dan melorot lepas boxer yang masih menggantung di loetutnya. Aqu hanya terdiam dan menyunggingkan smilean. Mata sayu ku meredup, menanti sesuatu yang pasti nya akan sangat berasa nikmat. Kedua bola mataqu yang indah menatap tubuh Shiro dengan kemaluan yang telah tegak mengacung dengan keras. Cairan rangsang telah membasahi ujung helm kepala kemaluan nya. Setelah melepas kaos nya sendiri, kekasihku itu langsung menarik lepas rok mini dan celana dalem ku warna hijau yang tadi ternyata masih tergantung di pergelangan kaki ku yang jenjang.

“Ready yanggg!”, tanya Shiro seraya terkekeh senang ketika sesaat lagi akan kembali merasakan kehangatan kemaluan peret yang terlihat masih aja sempit.

Aqu memandang sayu ke arah Shiro. Nafsu ku ssudah begitu high, ketika tubuh Shiro kini ssudah berada di atas tubuh telanjang yang ku punya. Aqu mengangguk pasrah tak bersuara. Dengan penuh kelembutan, Shiro mulai merenggangkan tungkai kaki ku lebih lebar, kemudian menarik pinggul dan mendekatkan tubuh molek ini kearah selangkangannya. Tak perloe berlama lama, Shiro mulai menyusupkan batang kemaluan nya memasuki kehangatan loebang kemaluan yang peret dan telah basah.

“Feel it beibh!! Ouugghhhh!!!” Shiro memejamkan mata penuh kenikmatan saat batangan kemaluan itu berusaha menembus masuk ke dalem kemaluan sempit sang ratu.

“Aaauugghhhhhhh!! ssssshhhtttttt!!!” aqu mendesiskan aloenan nada penuh nikmat, ketika Shiro yang kini telah diatas tubuh ku melesakkan kemaluan nya kedalem liang cinta ku yang penuh dengan madu kenikmatan. Otot otot yang menonjol di batang kemaluan nya bergesekan dengan muloet kemaluan yang bergerinjal.

“Ouugghhh yaanggg!! tetep sem..piiiittshhh rasanyaa..aahhhh!!”

Rasa nyeri bercampur nikmat membuatku tak bisa menahan diri, kepala ku yang berambut indah dengan sedikit curly di ujung nya menoleh kesana kemari. Muloet ku pun menghembuskan nafas berulang untuk memenuhi paru paru ku yang tiba tiba aja seperti kehabisan oksigen.

Sembari duduk bersimpuh dan memegangi pinggang rampingku, Shiro mulai memutarkan batang kemaluan nya untuk mengaduk aduk dan menguleg isi dari kemaluan seorang Farah pradipta sekar puri. Tubuh indah ini masih beralaskan kasur, sedang pantat yang sekemudian menggoda banyak cowok untuk meremasnya kini terangkat ke atas. Shiro mulai mengayunkan kemaluan yang menancam di dalem kemaluan legit ini dengan kecepatan teratur.

Aqu tak sanggup lagi, rasa nikmat yang menerjangku begitu kuat. Kekasih hati ku yang masih berstatus mahasiswa semester awal itu menggerakkan seloeruh tubuhnya ke depan, dan menusukkan dalem dalem batang kemaluannya hingga berbenturan dengan dinding dalem kemaluan yang sekarang bertambah semakin merah dan basah.

“Uuuuggghhh!!!” Shiro menggeram penuh nikmat.

“Ssshhhh!!! Mmppphhhh!!” lenguh ku merasakan kemaluan Shiro yang merojok liang kemaluan semakin dalem.

Shiro yang semakin pinter bercinta itu langsung menggulingkan tubuhnya untuk merubah posisi.

“Aiiihhhh!!!!!” pekik ku manja. Kini aqu lah yang berada di atas tubuhnya, duduk dan menunggangi batang kemaluan Shiro, dan siap untuk merodeo. Hmm.. rasakan pembalasan ku Shiro..

Aqu langsung memaju mundurkan pinggul yang berpantat nungging ini dengan cepat. Menggoyang memutar dan menghentakkan keatas kebawah untuk merajam batang kemaluan yang masih memaqu tubuh telanjangku. Melihat aqu bergerak naik turun dengan gaya yang erotis sambil merodeo kemaluannya menuju puncak kenikmatan, Shiro, kekasihku itu pun semakin naik nafsunya. Dia dengan gemas terus terusan meremas, mengurut dan memilin bongkahan buah payudara dan puting imut kemerahan yang tampak mengacung keras.

“Aaaahhh yesshhhh!! Uughhh!! mmphhh!!” desah dan lenguh ku bersahut sahutan. Tangan dengan kulit putih dan jemari lentik itu pun bertumpu pada dada Shiro, sesekali aqu memelintir puting kecokelatan punya dia.

Aqu sangat menyukai posisi ini, karena aqu lah pengendali permainan yang sedang berlangsung. Aqu lah sang playmaker permainan nikmat ini. Ratu Farah terus menggerakkan pinggulnya, semakin lama semakin cepat. Ratu dengan wajah jelita itu, begitu berhasrat memperoleh kepuasannya. Aqu menggoyang semakin cepat. Aqu menghentak semakin keras. Aqu pun memaju mundurkan pinggul berpantat nungging ini lebih cepat, dan semakin cepat.

Ketika sedang asyik asyik nya merodeo batang kemaluan Shiro yang terjebak dalem kehangatan kemaloeanku, tiba tiba saja Hp ku menyalak, mengeloearkan ringtone suara root wealler yang sedang ngamuk, dan aqu tahu kalo itu adalah ringtone dari inge patti ratu walangon, hihihiii.. gairahsex.com Aqu tersontak kaget dan mengumpat karena kehilangan konsentrasi untuk segera meraih gelombang badai klimaks. Aqu mencoba melepaskan pertautan alat kelamin kita. Namun, kedua tangan Shiro malah melingkari pinggangku dan menahannya dengan erat.

“Plisss yanggg!! jangan stop dong, lagi enak enaknya neeh..” rengek Shiro manja seperti anak kecil kehilangan duit. Aqu paham dan bisa merasakan kalo tiba tiba Shiro kehilangan rasa nikmat yang mengkungkungnya. Aqu juga kehilangan rasa nikmat itu dalem sekejap.

“Okee, tapi pelan pelan yaah. Aneh aneh guwe kebiri loe!! Si inge telpon neeh, resex bingit..” Sahut dan rutukku sambil menatap wajah Shiro dengan galak.

Aqu pun memulai dan melanjutkan gerakan naik turun untuk memberikan efek kenikmatan pada batang kemaluan yang masih terus aja keras di dalem kehangatan kemaluan yang bergerinjal lembut.

“Di loud speaker yanggg, yaa!!” pinta Shiro, dan aqu pun Hanya menganggukkan kepala.

“Ha.. halo?” sapa ku berusaha sesantai mungkin.

“Halo Farahh.” Suara lembut inge mulai terdengar mekemudiani speaker

“I..iyaa ngee ha.. haloo ” aqu mencoba mengucapkan kalimat dengan tanpa ekspresi. Shiro mulai cengar cengir dan tersmile jahil.

“Eloe dimana? Di kost an ga, Farah?”

“Ii..iyaa di kost an, ngee. Ada apaa.ahh.. heeghhh!”

“Ehh!! mengapa loe sar? Kaya bengek gitu. Gapapa khan loe?”, tanya inge dengan nada khawatir.

“Gaa.. gapapp.aaahh. gu.guwee terantuuk meh.jaa, ngee..”

Shiro bocah sialan yang suka jail itu pun terkekeh demi melihat kepanikan pacar nya, Farah pradipta. Dan guwe dengan sukses melotot bengis kearah Shiro, yang sedang mengatupkan telapak tangan di muloet untuk menahan agar tidak tergelak tawanya.

“Kok janggal yaa? bunyi terantuk meja ga kek gitu kalee. Mmm.. kaya nahan apaa gitu. Loe kebelet boker yaah? Lha ini emang di bawah apa di ruangan, loe?”, tanya inge nyerocos ga karuan.

“Muke gilee!!!! Inge katrok, loe kok bawel bingit seeh?? Ngatain guwe kebelet boker segala.. resex’ loeu ahh ga asyiikkk . . .”

Mereka berdua pun bertahan mati matian agar tidak meledak tawanya, demi mendengar ucapan inge yang mengira Farah kebelet boker.

“Sumpah dapet duit sekarung deeh nge, guwe terantuk meja. Ni guwe lagi di ruangan.”

Aqu menatap tajam kearah Shiro yang mati matian menahan ejekan tawa.

“Bar.rusan kena me.mejaa, ta..tapi gapapa kok.”

Karena aqu sangat konsen dengan panggilan telepon inge, kekasihku mulai resex’. Shiro nekad menggerakkan pinggul dan menggoyang kemaluannya untuk mengulet kemaluan tanpa buloe jembie milikku. Aqu kaget dan terperanjat. Melotot marah ke Shiro yang tetep nyengir kuda. Tapi sejujurnya, aqu pun juga merasakan nikmat, dan juga ada rasa taqut ketahuan inge kalo aqu sedang eM eL sama Shiro.

“Lha eloe, ngap.painn telpon malem malem??”

“Ooh.. Hanya mo ngasih kabar kalo guwe ga pulang gitu aja kok. Yadah fine fine yaa di kost. Ati ati diperkosa Shiro, hihihiii.. daaghh!!”

“Sialan loe ahh, daagh!!!!!”

Ga tau dia kalo sekarang malah Shiro yang guwe perkosa, hihihihihi….

Kemudian, terputuslah sambungan telepon itu.

“Bener bener brengsek loe yaa, dasar kampret!!” aqu mengumpat sambil mendelik tajam kearah Shiro.

Tiba tiba aja pinggul ku bergerak maju mundur dengan sendiri nya. Rasa jengkel yang kurasakan karena merasa dipermainkan Shiro pun membuat ku bertambah binal tak terkendali. Semua aqu tumpahkan untuk menghabisi bocah tengik ini. Aqu pun langsung memacu tubuh telanjang bulat yang berpeloeh untuk segera mengaparkan Shiro, sang kekasih yang barusan ngerjain aqu.

“Ooouughhhh!!! Aaaakkhhhh!!!” aqu tak kuasa untuk tidak memejamkan mata ketika batang kemaluan Shiro tertancap semakin dalem menghunjam di kemaluan peret ini, ketika aqu melaqukan gerakan spiral yang menghentak naik turun dengan cukup kuat.

Aqu merebahkan tubuh ku kedepan, buah dada ku yang kenyal dan licin mengkilat karena peloeh aqu gencetkan ke dada Shiro. Shiro hanya tergolek pasrah seakan tanpa daya, ketika aqu mencumbu dan mencium bibirnya dan terus terusan menaik turunkan pinggul berpantat bohay ini. Aqu berusaha untuk menghunjamkan batang kemaluan Shiro dalem dalem.

“Yaanggg.. am..ampuunnnn!!! ughhh!! Mmpphhh!! J.jang..ngan kerashhh, kerrashh!!” Shiro merengek memohon ampun kepada sang ratu, yang masih saja beloem merasa puas menyiksa abdi dalem yang telah berani berbuat kurang ajar pada nya.

“Kapp.pokk eloe.uu yaahhh!!” ucapku terbata bata.

Aqu pun membuka muloet, menanti lidah Shiro untuk memasuki rongga muloetku, biar lidah nya segera terbelit oleh kehebatan lidah lancip berwarna merah yang basah milik ku ini. Shiro pun menentang nikmat dengan menyapukan lidahnya ke bibir tipis yang berasa manis. Aqu juga berusaha mengangkat bagian atas tubuh seksih ku, agar bisa mendapat suplai oksigen. Sementara, kemaluan yang terjepit diantara tungkai paha berkulit putih itu terus menerima tusukan dari bawah dan masuk sampe ke reloeng rongga kemaluan yang paling dalem. Batang kemaluan Shiro mulai berdenyut pelan, seiring gigitan dari muloet kemaluan yang bergerinjal lembut itu.

Merasa seperti diperkosa, Shiro pun berontak dan membalik kan tubuh ku agar telentang diatas kasur. Sekarang missionaris style.. Pengeksekusian kemaluan seorang ratu oleh abdi dalemnya segera dimulai. Perut Shiro saling menempel erat dengan perut ramping dan rata milik Farah. Kekasihku itu pun segera memaju mundurkan pinggangnya untuk menyetubuhi dan menyenggamai diriku yang penuh pesona.

Kaki jenjang yang putih direntangkan lebar dan loetut ku pun ditekuk nya. Aqu sangat di mabukkan oleh kenikmatan yang dihasilkan dari genjotan batang kemaluan Shiro, hingga aqu pun memejamkan mata untuk lebih meresapi rasa nikmat ketika tusukan kemaluan Shiro semakin cepat dan mulai mengedut ngedut, seakan protes karena terhimpit oleh loebang kemaluan yang aqu mainkan ototnya biar bisa menjepit kuat. Shiro melenguh dengan keras, dia meremas bongkahan payudara putih ku beberapa kali, sebeloem mengangkat pantat ku lebih tinggi dan menusukkan kemaluannya lebih dalem, juga semakin lama semakin cepat.

“Jreeb!.. jreebb!!.. sleephhh!!.. sleephhh!!!”

“Gu,guaahhh!! Gaa ku.kuaat lagihhh!.. Aaaaaarrrrrgghhhhhh!!!” desah dan gerungan parau Shiro penuh kepuasan, seperti binatang yang hendak di sembelih.

Shiro menyusupkan kepalanya di pangkal leher jenjang ku yang berhias liontin batu safiir, ketika helm kemaluannya menyembur dan meledak dengan kuat di dalem kehangatan kemaloeanku, yang masih saja mengempot empot liar kemaluan Shiro yang sedang menumpahkan sperma. Shiro terus menggerakkan pinggul nya maju mundur, mengocokkan pelan kemaluan yang tengah memancarkan cairan calon dedek bayi itu. Aqu pun segera meraih klimaks yang aqu nanti nanti menyusul Shiro, dengan mengelojotkan dan menggelinjangkan tubuh sembari mendesah dan menancapkan kuku dari jari lentikku kearah punggung dan bahu Shiro.

“Hoshh.. hossh.. hoshh,” nafas yang hampir putus terus keloear dari muloet kita berdua. Sesaat kemudian, rasa lemas menghampiri kita setelah mencapai puncak nirwana penuh kenikmatan.

“Puas tan?” tanyaqu sembari mengusap punggungnya yang dihiasi keringat.

“Bangeeet. Gila dah, bener bener gila.. Tubuh loe nikmat bingit. Sudah cantik, putih mulus, sudah gitu “itu” loe jepit bingit, hehehe.. perfect!” jawab Shiro sejelas jelasnya.

Aqu pun tertawa ringan mendengar celoteh Shiro yang telah merasakan puas dengan tubuh yang sekemudian rajin aqu rawat ini. Shiro segera bangkit berdiri dan, “Ploop” suara yang menandakan terbebasnya kemaluan dari tawanan kemaluan.

“Sini tan, biar guwe bersihin duloe.” Ucapku sambil mendekati belalai Shiro yang terlihat masih basah oleh cairan kenikmatan kita berdua.

Aqu menganga lebar dan memasukkan batang kemaluan itu tanpa tersentuh bibir, lidah, dan muloet ku. Setelah tertelan sampe pangkalnya, baru aqu mengatupkan erat bibir ku dan menariknya keloear perlahan, sembari mengusapkan lidahku pada batang kemaluan nya.

“Uuughh!” geli yang, gelii.. sudah sudahh!!”, ujar Shiro sambil bergidik.

“Hehehee, dah bersih sekarang tan. Nah sekarang tidur sana. Eehh!! Tadi saat eM eL, pintu nya belon loe kunci yaa? Gilaaa loe!! untung aja kost sepi. Kalo ketahuan mami nina dikira guwe merkosa loe dong..” ucapku kaget karena pintu ruangan terbuka lebar sesaat kita eM eL.

“Uppsstt!!! Iyaa, gua loepa. Tapi gapapa kok, semua aman terkendali. Thanks yaa yaangg untuk malem minggu yang indah ini. Gua turun ke bawah duloe. Met bobo..”, kata Shiro beranjak jalan keloear dari ruanganku.

Hari demi hari berkemudian, bulan demi bulan pun terlewati tapi aqu tetep aja merasakan sesuatu yang kurang. Mengapa saat bersama Shiro aqu bisa tertawa lepas, begitu riang. Tapi disaat ku sendiri aqu sekemudian gelisah, ada sesuatu yang sekemudian menghantui ku. Hingga pada suatu hari di tempat jemuran…

“Farah,loe beneran pacaran sama Shiro?” tanya inge setelah menghembuskan asap rokok nya.

“Kalo bener emang mengapa, nge?” tanyaqu pelan

“Soalnya mami nina kapan gitu dia nanya ke guwe, apa Farah tuuh pacaran sama Shiro kok kelihatannya akrab bingit. Guwe jawab aja ga tau, gitu.”

“Iyaa seeh nge, sebenernya guwe masih bingung bingit. Teringet semua ucapan loe yang kemarin itu. Aaah shitt!!” keloeh ku seraya membuang puntung rokok kebawah.

“Farah, kalo eloe bener bener sayang and cinta sama Shiro, kaya nya loe harus ngomong terus terang deh sama mami nina.

Karena kalo ntar ketahuan kan akan membawa dampak negative ke Shiro sama eloe nya sendiri. Sudah gitu kalian kan juga tinggal satu rumah. Gimana jadi nya ntar misal mami nina tahu hubungan loe sama anak nya? Pasti berprasangka buruk deeh.”

Inge menghela nafas..

“Juga dengan mama and keloearga loe di solo, bisa ga beliau bisa nerima calon yang masih brondong.” imbuh inge sejelas jelas nya.

“DEGG!!!” Yang guwe taqut kan selama ini akhirnya muncul ke permukaan.

“Ga mungkin guwe bilang terus terang sama mami nina, ngee. Apalagi sama keloearga guwe di solo. Karena mama pernah bilang, kalo nyari pacar itu harus yang lebih dewasa dari guwe..” ucapku putus asa dan tampak galau.

“Oooo gitu?”

“Jujur aja ngee, guwe masih terngiang ngiang ucapan loe beberapa bulan yang kemudian tentang perbedaan usia, mengenai masa menapouse, terus kemudian perasaan mama guwe di solo, gairahsex.com juga perasaan mami nina. Ternyata yang membuat guwe terus terusan gelisah dan ga tenang yaa itu. Aaahhh, guwe bener bener tolol.. mengapa saat itu guwe mau aja jadian sama Shiro siihh!!” Kisah Sex

“Sebagai seorang sahabat, guwe Hanya ngedukung semua keputusan loe Farahh, apapun itu..” bilang inge lembut sambil mengeloes pundak ku, menenangkan.

“Hmm.. kaya nya guwe emang harus ninggalin Shiro, ngee. Dengan segala konsekuensi nya. Guwe taqut kalo keadaannya semakin lama semakin ruwet.”

“Loe nyerah untuk cinta kalian berdua?”

“Fyuuh.. Keadaan yang membuat guwe terpaksa harus kaya gini.”

“Hmm.. Cinta memang ga adil. Ketika datang aja membawa smilean, tapi giliran pergi pasti akan meninggalkan loeka dan kecewa. Okee deh, apapun keputusan loe, adalah yang terbaik yang loe ambil. Guwe hanya mendukung saja Farah.”

Tanpa sepengetahuan Shiro, diem diem aqu ssudah mengepak barang barang di ruanganku sedikit demi sedikit. Aqu titipkan semua barang barang itu di rumah tante ku, sebeloem mencari tempat kost yang baru. Aqu juga ssudah berpamitan sama mami nina kalo akan pindah kost. Mami nina yang baik hati itu sebenernya ga ngebolehin aqu pindah, dan tanya ke aqu, mengapa kudu pindah? Ga kerasan yaa? Ntar siapa yang bantuin mami masak opor? Dan berbagai pertanyaan yang membuatku semakin merasa bersalah kepada beliau.

“Shiro pasti sedih bingit, kalo tahu tiba tiba aja ruangan loe kosong. Dia pasti kangen, loe kelonin and nina boboin.. hehehee.” Kata inge sambil ikut bantuin nge pack barang yang tinggal sedikit di ruangan ku itu.

“Sialan loe!” cibirku.

“Hahahahaa.. ehh buat guwe aja gimana, si Shiro? Loemayan kan guwe jadi ga susah untuk muasin hasrat? Hihihii..”

“Hahahahaa, gila loe ahh, ngee!” jawab ku ikutan ketawa.

“Tok.. tok.. tok..!!” Suara pintu terdengar keras.

“Farah, bukain pintu nya!!”, seru Shiro lantang dan terdengar gusar.

Duuch kok ni bocah rewel bingit seeh.. orang emak nya tadi saat guwe pamitin biasa aja kok

“Farah, gua kudu ngomong apa lagi ke eloe?!!”

“Gua tahu eloe beloem tidur khan!! Gua bakal benci eloe seumur hidup gua, kalo loe ga mau bukain pintunya..”, kata nya lagi dengan nada mengancam.

“Shiro.. apa yang guwe laqukan semua ini untuk kebaikan eloe. Jadi jangan ganggu guwe lagi yaa.. plisss.”

“Farah, pliss deh?!”, sahut Shiro mulai terdengar putus asa.

“Mengapa ga bilang ke gua kalo loe mau pindah? Apa salah gua saraah?”, tanya nya sedih.

Ingin guwe katakan padanya bahwa dia tidak lah salah. Yang salah itu adalah betapa pengecut nya guwe, seorang Farah. Gara gara usia yang terpaut 4-5tahun, guwe menyerah dengan yang nama nya cinta. Menyerah dengan nama nya keadaan. Guwe ga mungkin berterus terang soal sesuatu yang ssudah inge wanti wanti kan ke guwe.. Oh God help me please..

“Gua sayang bingit sama eloe, apa itu ga cukup?? Terus.. gua harus gimana lage? Loe tinggal bilang, gua kudu ngelaquin apa lagi biar eloe ga ninggalin gua??”, ujar Shiro meratap piloe dan sedikit terisak.

“Jawab dong saraaah, loe kok tega bingit seh sama guaa. Mengapa saraahhh!!”, isak nya semakin jelas terdengar.

Oooh Goodd!!! hati ini tersayat mendengar ucapan Shiro yang begitu jujur dan apa ada nya. Tapi beloem saat nya loe tau tentang hal ini Shiro. Emang seeh kalo guwe terkemudian naif dan principil. Tapi semua nya untuk kebaikan kita juga. Guwe janji, Suatu saat nanti pasti guwe jelasin, Shiro..

Aqu bangkit dari tidur dan berjalan menghadap kearah pintu, dimana Shiro terus terusan merengek sedih. Tapi di saat tangan ini menyentuh gagang pintu, ku urungkan niat ku untuk membuka nya. Terdengar petikan lighter dan hembusan nafas nya mengeloearkan asap rokok.

Shiro menghepaskan tubuh nya ke pintu. Perlahan, aqu pun bersandar juga pada pintu yang ada di balik Shiro. Hanya ini yang bisa ku laqukan untuk nya. Mendengarkan, dan terus mendengarkan nya..

“Jujur, eloe adalah cewek pertama gua yang bener bener baek, perhatian, dan sabar pula. Loe satu satu nya cewek yang ga resexk yang pernah gua kenal.”

Aduuh makasiih bingit.. guwe pun baru pertama kali jadian sama cowok resex, dan nyebelin. Tapi aneh nya, guwe tetep suka.. hiks.. hiks.. hikss..

Dengan sekuat tenaga, ku tahan tangis sembari membekap bibir ku. Tak mampu rasa nya kalo harus menyiksa Shiro yang tidak tahu apa apa. Tapi aqu juga ga tahu lagi cara yang laen.

“Tuk.. tuk.. tuk..”

Jari nya mengetuk pintu ruangan ku. Shiro mengeloeh pelan.

“Farah.. kalo eloe pengen putus dari gua, yaa tinggal bilang aja. Ngapain seeh loe kudu ikutan nangis segala? Harus nya khan eloe seneng bisa lepas dari gua. Loe beneran pengan putus yaah? Iya khan Farah??”

Aqu tersentak kaget. Apa Shiro tahu kalo aqu di balik pintu? Ooh my Godd!!

“Ooiii… jawab dong Farah. Tinggal bilang putus, beres khan?” sahut nya lagi.

Aqu hapus air mata yang meleleh di pipi ku. Mencoba memastikan kalo semua akan baik baik saja. Tapi bisa khah?? Hiks.. hikss.. hiks..

Kembali Aqu berdansa di ujung gelisah..

“Iyaa.. guwe pengen putus, Shiroa.. maafin guwe yaa..”, kataqu lirih. Shiro Hanya tertawa pelan.

“Nhah, kalo eloe bilang langsung dan terus terang ke gua khan kerasa nya enak. Next time jangan kaya gitu, kalo eloe punya cowok lagi.. jangan sampai dia eloe gantungin kaya guwe..”

“Maafin guwe.. maafin yaa Shiroa..”, pinta ku dengan suara bindeng dan terisak akibat air mata kesedihan yang menetes keloear membasahi pipi.

“Di maafin kok Farah.. tapi sisain walo dikit, nama gua tetep di sudut hati loe yang paling sempit yaa hehehe.. Ya sudah sekarang tidur gih, biar besok ga telat bangun pagi untuk berkemas.. hei! jangan nangis muloe dong, ntar cantik nya diambil orang lho..!!” Shiro terkekeh, kemudian mengetukkan jari nya ke pintu.

“Ntar pagi buta gua pergi ke bromo. Eeh, ada sesuatu buat eloe di ruangan gua. Besok loe ambil aja. Take good care yaa saraah.. Jangan kangenin gua!”

tak lama berselang, terdengar suara langkah kaki Shiro yang diseret beranjak dari dari ruangan ku.

Ku hempaskan tubuh keatas kasur dan menerawang. Mulai terbayang lagi semua kenangan di masa kemudian diiringi cucuran air mata ku. Pertemuan pertama kali kita yang sangat aqu benci, tapi ketika akan berpisah aqu begitu suka pada nya dan merasakan begitu sedih.

“.. Ku Ingin Kau Menjadi Milik Ku..

Entah Bagaimana Cara nya..

Lihat lah Mata Ku Untuk Meminta Mu..

“.. Aqu Ingin Jalani Bersama Mu..

Coba Dengan Sepenuh Hati..

Ku Ingin Jujur Apa Ada Nya Dari Hati ..”

( Cloeb eightiess, “Dari Hati” )

Suara lagu yang keloear dari mini compo Shiro terdengar sangat menusuk hati. Seiring suara serak Shiro yang menahan tangis, ikut menyanyikan nya. Tiba tiba dada ini begitu terasa sesak.

Aqu menempelkan pipi sebelah kanan di dinding tembok ruangan. Tangan ku pun juga ikut menyentuh dinding ruangan yang di sebelah nya adalah ruangan Shiro.

Seakan mengusap usap pipi nya, dan membayangkan wajah ganteng Shiro yang sedang meratap piloe. Maybe terkemudian capek bersedih, aqu pun tertidur diatas kasur yang sekemudian setia dan rela tertindih tubuhku.

Perempuan muda itu berjalan dengan menyeretkan langkah kaki nya. Gurat di wajahnya yang berdebu terlihat sedih. Bekas air mata yang meleleh di pipi nya membentuk sebuah anak sungai yang tampak mengering. Setelah sampai di sebuah tempat pemakaman dia berhenti. Dia melihat bapak tua sang penggali kubur telah menyekopkan tanah terakhir membentuk gundukan makam.

“Hai pak tua penggali kubur, siapakah yang kau makamkan?”,

“Aqu telah mengubur si fulan, anak muda yang baik hatinya dengan sekop ini.”

“ Mengapa engkau bertanya seperti itu?,”

“Ketahuilah wahai bapak tua penggali kubur, Dengan sekop itu pula kau telah mengubur hati ku . . .”

“KRIIINGGG!!!!!!!” jam weker berbunyi dengan keras pukul 06.00 pagi.

Fyuuhh.. ternyata Hanya mimpi. Aqu menghela nafas dalem dalem ga tahu apa makna yang tersirat dan yang tersurat dalem mimpiku. Setelah mengumpulkan nyawa, aqu segera beranjak untuk mandi menyegarkan badan dan otak ku yang begitu kusut ini. Segaaarrr…

Setelah selesai mandi dan ber dress up, aqu pun tiba tiba teringat dengan kata kata Shiro kalo dia ada sesuatu untuk ku di ruangan nya.

Aqu segera beranjak menuju ruangan Shiro. Masih sepi dan tak terdengar suara apapun di dalem ruangan nya. Ketika aqu hendak mengetukkan pintu ruangan nya, aqu melihat handle pintu ruangan yang sedikit terbuka.

“Tan.. ketann, ini guwe Farah..” kataqu sambil membuka pintu ruangan pelan pelan dan memasukinya. Ruangannya kosong dan sepi. Shiro ternyata gada di ruangan, mungkin ssudah menempuh perjalanan ke Bromo.

Aqu melihat sebuah foto yang terbingkai indah di dinding ruangan nya. Foto ku dan diri nya, ketika sedang bergokil ria ber foto box di salah satu mall.

Tiba tiba saja hati ku tergetar melihat foto itu. Tiba tiba saja kedua bola mata ku berkaca, mengingat semua kenangan ssudah tercipta diantara kita. Tak terasa pundakku pun mulai tersentak kecil ketika aqu mulai terisak lirih.

Hmm.. Diatas stereo set di pojok ruangan terlihat bungkusan kotak kecil ber tali pita dan sedang menindih sepucuk surat. Aqu mendekat. Aqu mengambil kotak berpita itu dan membukanya…

“Oooh my God, ini kan duit yang duloe pernah kita rebutin. Dan ini jam tangan yang sempet guwe pengen beli tapi loem kesampaian, dan sekarang jam tangan cantik ini ada dihadapanku, diberikan oleh Shiro padaqu???” aqu sangat terharu, hati ku tersentuh dengan ketuloesan Shiro. hiks.. hikss.. hikss..

Kemudian aqu buka perlahan sepucuk surat…

Hi nenek peyangg jelekk!!

Tuuh ada jam tangan yang duloe loem sempet eloe beli karena harganya mahal kan? Nah sekarang jam itu ssudah ada, di pakai terus yaa..

Ooh iya yaangg..

Maafin Shiro, kalo dari awal kita ketemu sampe eloe membaca surat ini gua sekemudian ngeselin, bikin jengkel, bikin loe uring uringan tolong di maafin..

Peyaangg yang nyebelin..

Kalau di kemudian hari loe dah dapet cowok baru pengganti gua, tolong jangan loe gantungin kaya gua ya hehe.. dan dia harus mau beliin loe kacang mede, teh kotak, brownis. Nemenin loe belanja, main PS, dan taruhan billyard.

Eeh peyaanggg ..

Suatu saat nanti, kalo gua sudah cukup dewasa untuk mengetahui apa yang sebenernya terjadi, maukan eloe cerita ke gua???

Yasudah, ati ati loe yaa.. Semoga hari loe tetep penuh warna.

Shiro, si ganteng imut lagi sedih.

Air mata ku tak tertahankan lagi. Aqu menangis bukan hanya terisak, setelah membaca surat Shiro yang begitu polos dan apa ada nya.

Iyaa Shiro, guwe janji. Guwe pasti akan cerita ke eloe. Semua pasti baek baek aja kok Shiro.. ga usah khawatir. Guwe yakin, suatu saat nanti, eloe juga bakal dapetin seseorang yang emang pas buat eloe..jaga dan bawa diri baek baek yaah.. hiks.. hiks.. hikss. -
Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Mawar Merah

Agen Judi Online Terpercaya