DewaGol88

DewaGol88 adalah agen bola dan judi online yang merupakan perantara dalam online betting, memberikan pelayanan untuk pembukaan akun/id situs betting seperti sbobet, ibcbet, cmd368, ion casino, dan horey4d.

POKER

Dalam Game poker minimal deposit hanya 10.000 .Didalam web kami tidak hanya permainan poker saja namun ada juga permainan Domino dan juga Bandar Ceme selain itu kita bisa memainkan nya menggunakan android.

SPORTSBOOK

Dalam permainan sportsbook kami menyediakan 2 pilihan games yaitu SBOBET dan IBCBET. Di dalam sportbook ada beberapa permainan yang diantaranya Handicap, Over/Under, Mix Parlay dan Lain-lain.

CASINO

Dalam permainan casino terdiri dari berbagai macam jenis pilihan games , diantaranya adalah Roullete, Baccarat, Six Baccarat, Sic Bo, dan juga Black jack yang disiarkan langsung dengan live streaming

HOREY4D

Bandar togel online yang memberikan pelayanan pemasangan togel online Kami hadir untuk memberikan layanan pemasangan Taruhan togel online dengan kemudahan dan keamanan yang terjamin.

Selasa, 26 April 2016

Cerita Ngentod Dengan ABG Tetangga

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Ngentod Dengan Tetangga - Malam semakin larut jam dinding menujukan pukul 23.30.mata ini tak bisa rasanya untuk terpejam membayang kan wajah mbak Anun yang cantik,dengan toket yang membusung yang ingin rasanya aku selalu meremas toket tersebut.tapi malam ini aku hanya sendirian gak ada temen bahkan tetangga idolaku juga gak ada.

Suka Bening : Cerita Ngentod Dengan ABG Tetangga
Akhirnya kulalui malam ini dengan sendiri lagi..dan akhirnya rasa ngantuk menyerangku hingga aku terlelap dan di buai oleh mimpi-mimpi indah bersama mbak Anun..

Matahari tlah terbit,aku terbangun oleh gaduhnya suasana didepan kontrakanku..kucoba untuk bangun dari tmpat tidurku untuk sekedar mengetahui, kucoba untuk mengintip dari celah gorden kaca depan,ternyata mbak anun baru datang..dan eh siapa itu..oo ternyata teman mbak Anun..
Aku kembali ketempat tidurku,baru beberapa langkah ..pintu diketuk seseorang “ ardi..ardi kamu sudah bangun.?” Suara itu tak lain adalah suara Mbak Anun. “iya ..Mbak.” kataku kemudian aku melangkah kedepan pintu dan kubuka pintu .” ada apa mbak?”kataku “ kamu hari ini ada rencana mau jalan gak?” katanya..”kayanya gak ,mbak..kenapa” kataku, “ bisa temanin kami gak..itu temanku mau ngajak jalan-jalan keLoksado..”katanya, “kapan, hari ini?”kataku..”tahun depan..ya hari ini lah..rencananya kami mau nginap disana”katanya lagi sambil tersenyum.” Ok ..aku mandi dulu ya mbak..”kataku..”ya sudah kami tunggu kamu..jangan lama-lama “ katanya” ok mbak..”kataku sambil berlalu.

Setelah semua siap kami berangkat menuju tempat wisata Loksado,di perjalan kami hanya bertiga aku nyetir dan mbak anun dan temannya duduk diibelakang .mereka asik bercanda dan pembicaraan mereka mengarah pembicaraan sex..aku hanya senyum-senyum aja melihat tigkah laku mereka..kadang-kadang mbak Anun tersenyum padaku..o iya nama teman mbak Anun ini Nita..orangnya gak kalah cantiknya sama mbak Anun ..toketnya lumayan gede tapi yang bikin berbeda sama mbak Anun adalah pantatnya yang besar,sesekali aku melirik dari kaca ..pikiranku sudah kemana-mana memikirkan apa yang akan terjadi di sana.
Satu jam sudah perjalan menuju Loksado akhirnya kami sampai di tempat wisata tersebut..dan langsung memesan kamar peginapan yang ada disana.”mbak , mau berapa kamar..dua?kataku..
saja gak papakan..?”katanya “gak papalah..malah aku senang..”sambil tersenyum..terus aku ngambil kunci kamar ,,dan masuk kamar yang sudah tersedia diikuti oleh mbak anun danmbak nita..kubuka pintu kamar dan memasukan barang bawaan kami..mereka langsung merebahkan diri di kasur yang empuk..” eh cape banget nih di, mau gak pijitin aku” kata mbak anun..”boleh, apanya yang dipijit..mbak..?” kataku “punggunku rasanya pegel banget di “ katanya sambil membuka baju nya..dan kini dia hanya pakai BH..”ok ..mbak..” aku mulai memijit dari pundaknya..pijitannku kulakukan sebaik mungkin “ ooh di pijitanmu enak banget ,,rasanya urat-urat pada pundakku yang tdi tegang sudah rada enakan,di kalo Bhnya ngalangin pijitan kamu ..buka aja .gpp kok”katanya..

dengan cepat kelepaskan bhnya dari tubuh mbak anun..dari pundak pijitanku kuturunkan kepunggung mbak anun.sesekali tanganku menyentuh pinggiran gundukan gunung kembar yang
masih padat dan kencang..”eeh ardi tangan kamu nakal,ya..”katanya manja..”tapi suka kan mbak” kataku..dan tanganku masih memijat punggungnya..”iya sih abis pijitan kamu enak bgt ,di”
“mau yang lebih enak lagi ya mbak?” kataku dan tanganku sudah ada di gundukan kembar itu dan sambil meremas gundukan itu terdengar ritihan kecil dari mulut dia”ooh di enak bgt remasan kamu..ooh di terus di “rintihnya..kemudian dia membalikanbadan dan telentang dantampaklah bukit kembar yang mempesona di hadapanku dan langsung saja kulumat gundukan itu dan diapun mengelinjang ” ouuh di ..lumat terus isep yang kecang di..ouuhh nikmat banget .”mulutku kuturunkan kebawah dan akhirnya sampai kesela-sela selangkangannya..dan mulai kujulurkan lidahku diantara belahan memeknya yang bersih..”ouuhhh..diii….nikmat baget ya terus terus dii jilat terus ..ya yang itu di nikmat banget…ouuhh…oouughh….dii…aku hmapir gak tahan dii aku mau keluar…”tubuhnya mengejang ngejang…dan akhirnya..menyeburlah cairan bening dari dalam memeknya dengan derasnya dan membasahi muka ku..dan dengan besemangat aku jilat sampai licin cairan itu…” ouuh di..nikmat banget,kamu pintar sekali menjilatnya..” katanya tersenyum..

Mbak nita yang dari tadi memperhatikan kami hanya senyum-senyum.dan akhirnya dia mendekat kekami dan dia melepaskanseuruh pakainanya sampai bugil..dan ak terpana akan bodynya yang aduhai..”boleh aku ikutan” katanya” gabung aja ta..”kata mbak anun..” di sekarang giliran kamu..langsung saja mbak anun meraih kontolku yang sedari tadi sudah tegak berdiri di lumatnya dengan ganas tak ketinggalan biji nya dijilat dan di emutnya..”oohhh mbak ..enak bgt “aku hanya bisa terpejam meninkmati jilatan dan isapan mltnya..dan mbak nita sekarang sudah ada di hadapanku sampil mengarahkan memeknya di hadapan mukaku dan langsung saja kuisep dankujilat memek itu…oohh dii…enak bgt nikmat bgt dii…oohhh..terus di” mbak nita meracau..”mbak..memek kamu enak banget,ooh “ memek itu terasa legit dan aku menjilatnya samapi puas …” di..aku gak tahan lagi, maikan sodokan kontolmu ke memek ku di..” kata mbak Anun..aku merubah posisi sekarang aku telentang dan mbakanun siap mengangkagi aku dan menuntun kontolku ke lobang kenikmatannya dan akhirnya masuklah kontolku ke lobang itu.”uoohh di nikmat …punyamu keras banget di..dia sambil menaik turunkan tubuhnya..dengan cepat dan sesekali dia gayangkan dan terasa kontolku terputar-putar, tak lama kemudian dia mengejang tubuhnya kelojotan kaya cacing kepanasan “ di aku gak tahan lagi..mau keluar dii.. uooohhhgg nikmat ..di terasa ada yang berdenyut denyut memijit kontolku..sementara itu aku masih asik mengisap memek mabak nita.” Di sekarang giliranku ,sodokan punya kamu di aku sudah gak tahan nih..”mbak anun tergolek lemas di samping kami..dan mbak nita siap menerima sodokanku dengan gaya nungging..dan kuarahkan kontolku ke lobangnya dan “ bless” masuklah semua kedalam memeknya dan mulai ku genjot secara pelan pelan dan sesekali ku goyangkan kontolku dalam “ oohhh di..nikmat banget…kontolmu bisa bergerak dalam memekku..oggghhhh nikamat iya terus di sodok yang kencang..”memek mbak juga nikmat banget..”kataku..tidak berapa lama” dii..aku sudah mau keluar..di kamu masih lama kah.” Katanya” iya, mba tapi kalo mbak mau saya keluarin sekarang ayo juga” ok di kita bareng keluarnya ya…” he eh mba” sodokanku kupercepat “ di..sekarang dii…ooohhhggghhh…aku keluar..nikmat di..ouuhhh “ terasa hangat cairan yang keluar dari dalam lobang memek itu” iya mbak sebentar lagi sodokanku semakin kupercepat dan akhirnya” oooohhhhgg mbak aku mau keluar.di keluarin dimana mbak..?”

“Di luar aja di..aku ingin minum peju kamu” katanya..dan kucabut kontolku dari dalam memeknya dan dia langsung mengulum dan mengisap dengan buasnya..” iya mbak…aku keluar..croot croot dan tumpahlah pejuku dalam mulautnya dan ditelannya sampai habis..” peju kamu enak banget di..banyak lagi..sampai luber di mulutku..”katanya sambil terus sibuk menjilat sisa mani yang masih ada sampai bersih..
Akhirnya kami tertidur bersama dan tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami bertiga. -

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Ngentod Dengan Tetangga 

Agen Judi Poker Online Terpercaya

Kamis, 21 April 2016

Cerita Sex Berbagi Kenikmatan

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Berbagi Kenikmatan - Aku menikah dengan usia yang relatif muda, yaitu 25 tahun dan istriku 22 tahun. Aku bersyukur bisa memperoleh istri yang cantik dan tubuh yang seksi dengan dada yang menantang dan pantat yg sekal, tapi bukan itu alasanku memilih dia tapi kebaikan dan ketaatannya dalam beribadah yang membuatku yakin dengan pilihanku.

Suka Bening : Berbagi Kenikmatan
Gairah Sex, Karena menikah di usia muda dan karir masih pemula membuat kami belum mampu membeli rumah sendiri, sehingga kami pun ngontrak rumah dipinggiran kota. Itu pun tidak lama karena mertuaku menyuruh kami tinggal bersama mereka.

Karena berbagai pertimbangan kami pun setuju tinggal di rumah mertuaku. Mertuaku tinggal di rumah hanya berdua, dan mereka mempunyai toko yang terletak tidak jauh dari rumah. Mereka mempunyai 2 karyawan wanita sebagai penjaga toko, dan 2 karyawan laki-laki masih remaja (sekitar 18 tahun) bernama Krisna.

Ibu mertuaku masih relatif muda yaitu 40 tahunan dengan badan agak gemuk dan dada yang besar. Wajahnya masih cantik untuk ukuran usianya. Bapak mertuaku juga masih terlihat tegap. Tidak ada yang aneh hingga peristiwa itu terjadi. Saat itu aku pulang siang dari kantor karena kepalaku sakit sekali.

Tiba di depan pintu rumah, terlihat rumah sangat sepi. Karena memiliki kunci aku bisa masuk dengan leluasa. Langsung menuju kamarku, tetapi ketika aku hendak melewati dapur terdengar suara-suara mencurigakan dari dapur. dengan mengendap-endap aku menuju dapur. Dadaku langsung berdegup kencang melihat pemandangan yang kulihat.

Kulihat ibu mertuaku meronta-ronta dalam pelukan pria yg aku tau itu bukan bapak mertuaku. Tadinya aku ingin bertindak menghajar laki-laki itu, tapi entah kenapa aku hanya terdiam saja.

Laki-laki itu dengan kasar meremas dada mertuaku yang saat itu memakai daster dengan tali yang kecil hingga ketiaknya terlihat. Tangan itu kemudian menurunkan tali dan BH sehingga menyembul dada besar mertuaku. Tangan laki-laki yang semula meremas berganti memilin puting susunya.

“Jangaaan, ibu kan udah tua”, kudengar mertuaku bicara ditengah desahannya, dan tangannya mendorong pelan dada laki-laki itu, yang bernama Krisna! Ya Krisna, karyawannya yang masih muda, aku takjub berani juga anak itu!, batinku.

“habis, body ibu sexy banget, apalagi toketmu. Jadi ga tahan pengen ngentot ibu’ ujar Krisna, sambil tangannya kini bergerak menyingkap kan daster, sehingga paha putih dan cd krem berenda mertuaku terlihat jelas.

Krisna kemudian berlutut dan memelorotkan cd mertuaku ke bawah sehingga muncul bulu-bulu jembut mertuaku yang rimbun. Krisna langsung melahap vagina mertuaku yang terpampang, menjilat dan mengigit kecil itil mertuaku. Nafas mertuaku semakin tak beraturan, matanya merem melek, kemudian badan bergetar, sepertinya dia sedang memperoleh kenikmatan yang dahsyat. Tiba-tiba mertuaku menarik kepala Krisna.

“cepet masukin sebelum suamiku datang!” bisik mertuaku. Krisna dengan cepat membuka celana jeansnya dan sedikit menurunkan cdnya hingga mengacung batang penisku yang ingin segera masuk ke sarangnya.

Mertuaku tampaknya tidak ingin buang-buang waktu, dia segera mendorong Krisna hingga terlentang, batang kejantanan Krisna digenggam kemudian dijilat dan dikulum sebentar. Tak lama kemudian mertuaku naik ke badan Krisna lalu meraih penis Krisna kemudian diarahkan ke lubang vaginanya. Bless… penis Krisna pun amblas ke dalam.

Bagaikan joki yang sedang menunggangi kuda, mertuaku bergerak liar menggoyang pinggulnya, sementara Krisna mendesis keenakan. Hingga

‘saya mau keluar bu’ desis Krisna,

“ibu juga! … Aaakh…” kedua tubuh mereka mengejang dan

“croot…croot..”. Mereka terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ada.

Kemudian ambruk bersama-sama.”

“ayo cepat kamu balik lagi ke toko, nanti suamiku nyariin!”.. Kata mertuaku perlahan pada Krisna.

Krisna pun bergegas merapikan celana Kemudian mencium kening mertuaku “terima kasih ya bu…”. Mertuaku tak menjawab, hanya terdiam mengumpulkan nafas setelah pergumulan tadi. Krisna pun segera keluar, saat mertuaku masih terlentang dengan daster acak-acakan. Sementara aku juga bengong dan dalam keadaan horny berat. Pikiranku berkecamuk, antara horni pengen ikut ngentot mertuaku dengan kesetiaanku pada istriku.

Sementara ibu mertuaku masih merapikan bajunya yang acak-acakan. Dengan gemetaran karena pikiran yang campur aduk, aku mendekati mertuaku, “birahiku juga harus disalurkan!, aku akan ngentot ibu mertuaku” tekadku saat itu, tapi dasar sial, gairahsex.com saat aku sudah mau bergerak. Pintu depan terbuka dan terliat bapak mertuaku datang masuk ke rumah. Membuyarkan keinginanku.

Ibu mertuaku ternyata pandai juga bersandiwara, dengan suaminya dia berlaku seolah tidak terjadi apa-apa, 5 menit yg lalu!. Aku langsung masuk ke kamar dengan kepala yang makin pusing, kepala atas dan bawah. Sejak peristiwa itu, aku jadi semakin memperhatikan ibu mertuaku. Gak kusangka, dibalik ketelatenannya mengurus suaminya ternyata dia tega menghianatinya dengan perselingkuhan, yang entah sudah berapa kali dilakukan. Berapa kali? Dengan siapa aja?

Pertanyaan ini lebih menarik untuk kucari tau ketimbang aku ikut menghianati istriku dengan berselingkuh dengan ibu mertuaku. Diam-diam aku membeli perlengkapan kamera yang kupasang dibeberapa tempat strategis dirumah mertuaku, kupasang juga alat perekam sehingga aku tetap bisa melihat apa yang terjadi ketika aku di kantor.Ternyata bermanfaat juga.

Kejadian pertama terjadi didapur lagi, dan terbilang sangat nekat. Siang itu ibu mertuaku sedang menyiapkan makan siang u/ suaminya. Seperti biasa, ibu mertuaku menggunakan daster yang sangat tipis, berwarna kuning tanpa menggunakan bra, sehingga toket besarnya terlihat mengacung besar dengan lingkar puting coklat yang tercetak membayang. Bagian ketiaknya terlihat longgar sehingga dari samping sering terlihat gundukan toket yang sangat menggairahkan.

Sementara itu tampak Krisna sedang membantu bapak mertuaku membetulkan kabel lampu yg putus karena digigit tikus. Terliat Ibu mertua dan Krisna, sering curi-curi pandang dan melemparkan isyarat-isyarat khusus disaat bapak mertuaku lengah. Seperti ibu mertuaku mengurut-ngurut mentimun dengan gerakan seolah-olah mengocok penis, yang dibales Krisna dengan gerakan tangan seperti meremas toket. Sepertinya mereka sudah sangat horni. Tanpa diduga, bapak mertuaku bergerak pergi ke kamar mandi, mungkin karena ingin buang hajat, dan biasanya bisa berlangsung hingga lebih 15 menit. Sesaat bapak mertuaku masuk ke kamar mandi, Krisna bergerak cepat mendekati ibu mertuaku dan memeluknya dari belakang.

Bagai orang kelaparan mereka berciuman dengan buas, tanpa peduli bahwa bapak mertuaku berada dikamar mandi yang terletak hanya beberapa meter dari tempat mereka. Tangan kanan Krisna bergerak masuk ke balik daster melalui bagian ketiak yang longgar kemudian meremas toket yang sudah dari tadi menggodanya. Tangan kirinya menelusup ke selangkangan dan menggosok-gosok memek mertuaku yang sudah sangat basah. Mendapat serangan seperti itu, ibu mertuaku melenguh kenikmatan, tangannya bergerak merangkul leher Krisna dan mendorong kepalanya hingga mereka bisa berciuman lebih ganas.

Ibu mertuaku berbalik menghadap Krisna dan bersandar pada meja dapur. Mereka kembali berciuman dengan ganas, toket mertuaku tersembul yang langsung disedot dan digigit-gigit kecil oleh Krisna, sementara tangan satunya lg memilin-milin puting.

Tangan mertuaku bergerak ke arah selangkangan Krisna dan meremas tonjolan batang dibalik celana katunnya. Kemudian membuka ruitsletingnya, merogoh cd dan menggenggam batang kejantanan Krisna, kemudian mengocoknya secara perlahan.

Mengetahui waktu yang dimiliki tidak banyak, ibu mertuaku tidak mau banyak membuang waktu, setelah Krisna memelorotkan cd mertuaku, dia segera mengarahkan rudalnya ke nonok mertuaku. Bless… Mulut mertuaku menganga menerima desakan batang Krisna yang keras dan hangat pada vaginanya yang sudah basah.

Krisna mendiamkan kontolnya diam sesaat merasakan remasan vagina mertuaku dan kemudian memompanya secara liar, sebelah kaki mertuaku melingkar ke badan Krisna, memberikan akses penetrasi yang leluasa. Mulut Krisna sibuk bergantian mencium bibir mertuaku dan menghisap serta mengigit-gigit toked montok mertuaku.

Tangan Krisna meremas gemas toket yang tetap diiringi gerakan maju mundur pantatnya untuk melesakkan batangnya dan memberinya kenikmatan duniawi tanpa mempedulikan bapak mertuaku, suami dari wanita yang sedang ia setubuhi berada di kamar mandi yang tak jauh dari tempat mereka ngentot.

Kini mereka telah merubah posisi, ibu mertuaku menghadap ke meja, sementara Krisna menyodoknya dari belakang, gairahsex.com dengan posisi itu, toket mertuaku menggantung bebas dan bergoyang-goyang seiring dengan pompaan Krisna dari belakang. Dengan posisi itu tidak berlangsung lama karena Krisna kemudian mengejang dan meningkatkan pompaanya, hingga akhirnya ambruk dengan menyemprotkan sperma yang berceceran dilantai.

Mereka terdiam sesaat, Krisna masih memeluk tubuh mertuaku, batangnya masih menancap, membiarkan sisa-sisa kenikmatan yang ada. Tangan Krisna masih meremas-remas pelan toket mertuaku kemudian mereka berciuman mesra layaknya pasangam kekasih.

Tak lama, mereka sadar bahwa bapak mertuaku akan segera keluar, mereka buru-buru merapikan pakaian dan rambut, tak lupa melap sisa cairan senggama yang berceceran tadi. Bapak mertuaku memang punya kebiasaan BAB yang lama, seperti saat itu, dia melewatkan persetubuhan kilat istri dengan karyawannya.Sementara aku hanya berani melihat dan menikmati itu semua, tanpa keberanian melaporkan ke bapak mertuaku atau mungkin ikut mencoba mencicipi ibu mertuaku yang semakin hari semakin menggairahkan dimataku.

Tetapi entah kenapa dengan hanya melihat perselingkuhan itu aku sudah cukup puas, dan dengan bantuan kamera tersembunyiku, hasratku cukup terpuaskan, berkali-kali kulihat pergumulan mertuaku dengan Krisna melalui kameraku.

Perselingkuhan ibu mertuaku berlangsung berkali-kali, diantaranya sering sekali nekad.. entah mungkin mereka makin bernafsu bila resiko ketahuan makin tinggi.. Sering kulihat ibu mertuaku mengusap-ngusap batang Krisna padahal suaminya sedang didepan mereka yang tengah mengerjakan sesuatu. Berkali-kali aku berpikiran untuk memanfaatkan kameraku untuk bisa ikut mengentot mertuaku, tetapi rasa takut dan sayangku pada istriku berkali-kali itu juga menghalangi niatku. Hingga terjadinya peristiwa itu…

Seperti biasa, setiap hari sabtu-minggu aku ngga kerja dan biasanya diisi dengan kegiatan bermalas-malasan dan tidur-tiduran dikamar sambil nonton tipi. Seperti juga sabtu itu, sementara itu istriku masuk kerja. Karena malamnya begadang nonton tipi hingga pagi hari, otomatis pagi hingga siang kuisi waktu dengan tidur. Bangun tidur, rumah dalam kondisi sepi, mertuaku mungkin sedang ditoko. Ingat mertuaku aku jadi penasaran apakah ada kejadian yang seru hari itu yang terekam dalam kameraku.

Aku mulai memainkan rekaman video dari berbagai ruangan rumahku pada hari itu. Kulihat mertuaku tidak ada, cukup mengecewakan, yang ada hanya ruangan yang kosong. Tetapi tidak lama kulihat pintu rumah terbuka dan terlihat istriku masuk ke rumah, dan ternyata dia tidak sendiri, dia bersama 3 orang lainnya, 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. mereka cukup kukenal sebagai teman kantor istriku.

Teman wanita istriku bernama Indri dan Fitri, mereka cukup menarik, Indri agak tinggi dengan kulit putih mulus dengan dada yang padat, sementara Fitri lebih pendek tapi jauh lebih montok dengan dada berukuran ekstra. Tetapi yang paling cantik tetap istriku, dengan tinggi yang pas serta dada yang montok membuatku merasa menjadi pria yang sangat beruntung. Mereka menggunakan seragam kerja blazer dan rok span selutut kecuali istriku yang menggunakan pakaian yang menutup dari mulai rambut hingga tumit kaki.

Sementara Rozy kulihat lebih pendek dari istriku dan berbadan kurus. Tampaknya mereka sedang mendiskusikan pekerjaan mereka, istri dan kedua teman wanitanya tampak membacakan sesuatu dan Rozy, satu-satunya laki-laki yang ada kebagian mengetik.

Setelah berdiskusi beberapa lama, kulihat kedua teman wanita istriku tampak pamit untuk pergi, hingga tinggal istri dan Rozy yang ada di ruangan itu. Aku mulai berdebar, karena menduga-duga hal yang akan terjadi selanjutnya.

Rozy masih sibuk mengetik, sementara istriku tampak menyiapkan minuman untuknya. Rozy tampak celingukan melihat-lihat keluar, kemudian ngomong sesuatu pada istriku. Istriku terlihat tersenyum kemudian menuju pintu rumah kemudian menutupnya!. Jantungku makin berdebar-debar, terutama setelah kulihat istriku duduk merapat pada Rozy yang masih mengetik. Adegan selanjutnya membuatku terkesiap !.

Rozy memegang telapak tangan istriku kemudian menariknya dan menaruhnya diselangkangannya. Istriku menarik tangannya.. tetapi kulihat Rozy tampaknya membujuk istriku, istriku terlihat bimbang, kemudian beranjak dari tempatnya pergi menuju kamar, ya kekamarku, dia membuka pintu sebentar kemudian menutupnya kembali. Saat itu, siang tadi aku tertidur dengan lelapnya hingga tidak menyadari yang terjadi di ruang tamu.

Dari kamar, istriku kembali ke ruang tamu tempat Rozy berada. Melihat istriku datang, tampak Rozy menanyakan sesuatu pada istriku dan entah dijawab apa karena aku tidak bisa mendengar suara mereka. Istriku kembali duduk disamping Rozy, dan laki-laki itu mengulang kembali perbuatannya tadi, dia menarik tangan istriku kemudian mengusap-usapkan tangan istriku ke tonjolan selangkangannya!

Kali ini istriku tidak menariknya tetapi malah bergerak mengusap-usap tonjolan selangkangan Rozy. Merasakan nikmat, Rozy berhenti mengetik sesaat kemudian melanjutkan pekerjaannya. Gila.. Rozy mengetik di laptop sementara istriku memberi servis tambahan yaitu mengusap-usap batang kejantanan Rozy yang kulihat semakin menonjol seolah-olah meronta ingin dikeluarkan dari celananya.

Sesaat kemudian Rozy membuka resletingnya, dan muncullah batang penis yang kulihat cukup gemuk apalgi bila dibandingkan badannya yang kurus. panjangnya tidak seberapa, bahkan bila kubandingkan masih jauh lebih besar dan panjang punyaku ! Tangan istriku bergerak mengambil bantal kursi untuk menutup penis Rozy, dan meminta Rozy memegang bantal itu. Kemudian terlihat tangan istriku naik turun mengocok penis Rozy.

Jantungku berdegup kencang dan tubuhku gemetaran melihat pemandangan itu, Istriku mengocok penis lelaki lain! bukan cuman itu dia melakukannya di rumah!!! Tak tahan dengan kocokan istriku, Rozy berhenti mengetik kemudian bersandar dikursi matanya terpejam menikmati servis yang dilakukan istriku.

Tangan Rozy mulai bergerak, mengelus-elus punggung istriku yang masih dalam posisi duduk dan celingukan melihat-lihat keadaan mulai dari melihat ke arah jendela rumah hingga sesekali melihat ke kamarku, mungkin untuk memastikan aku tidak bangun. Tidak berhenti hanya dipunggung, tangan Rozy bergerak ke depan kemudian mengelus-elus toket istriku dari luar bajunya. Istriku terlihat sesekali merem kemudian membuka matanya untuk kembali melihat-lihat keadaan.

Tangan Rozy sudah bergerak masuk ke balik bajunya, kemudian merogoh toket dibalik Bra dan meremas-remasnya. Karena kesulitan, Rozy bergerak membuka kancing kemeja seragam PNS istriku, istriku semula menahan tetapi kemudian Rozy membisikan sesuatu hingga akhirnya membebaskan Rozy membuka 2 kancing atasnya, dan menyingkap bajunya, hingga terlihat toket istriku yg masih terbungkus bra hitam berendra sehingga tampak sangat kontras dengan toket istriku yang putih mulus.

Toket kenyal dan montok yang merupakan toket kebKrisnaanku itu kini diremas-remas oleh lelaki lain!!! Karena ukurannya yang besar, serta tersumpal oleh baju, toket itu tampak membusung dan sangat menggairahkan!.. dan Rozy pun tau itu.. tidak sabar dia segera membuka kait bra istriku yang terletak didepan. sehingga toket istriku menyembul dengan bebasnya.

Rozy langsung menjilat dan menghisap toket istriku, sementara penisnya masih dikocok oleh tangan mulus istriku. Kedua toket istriku dijilat dan dihisap secara bergantian. Istriku semakin merem keenakan, perasaan waspada yang tadi ada sepertinya sudah hilang, dia sudah tidak peduli lagi dengan sekelilingnya. Bibir merahnya merekah karena kenikmatan yang diperolehnya, yang kemudian disambut oleh deep kiss oleh Rozy yang diiringi oleh permainan lidah. Ciuman mereka cukup intens dan lama.

Tangan Rozy bergerilya ke arah selangkangan istriku, mengusap-usapnya, istriku terlihat sangat menikmati usapan Rozy, terlihat dari pahanya yang dibuka semakin melebar.Istriku kemudian mendorong badan Rozy hingga bersender ke kursi, kemudian istriku menunduk ke arah penis Rozy yang semakin tegak berdiri. yang kemudian tenggelam dalam lumatan mulut istriku. Istriku mengulum, menghisap dan menjilati penis gemuk dan hitam Rozy, seolah-olah menikmati penis itu. Padahal denganku, suaminya, istriku sering sekali menolak untuk menghisap penisku.

Istriku bergerak naik ke atas badan Rozy kemudian menyingkapkan rok panjangnya ke ujung paha hingga terlihat jelas paha putih mulus istriku, kemudian dia melucuti sendiri celana dalam yang dia pakai. Penis Rozy digenggam dan dikocok perlahan kemudian diarahkan menuju liang vaginanya. Istriku menggesek-gesekan penis itu ke mulut vaginanya, seolah-olah vaginanya gatal dan penis itu digunakan untuk menggaruknya. dan kemudian bless.. penis itu amblas masuk seluruhnya ke vaginanya, kemudian terdiam, badan istriku melengkung menikmati gesekan penis Rozy kedalam vaginanya.

Rozy yang bersender di kursi dengan rakusnya melahap kedua bukit kembar istriku, sementara tangannya memegang pantat istriku untuk menaik turunkan pantat itu. Istriku pun menyambutnya dengan menaik-turunkan pantatnya, hingga terlihat jelas sodokan-sodokan penis Rozy yang dibenamkan ke dalam memek istriku. sementara tangan istriku bertahan pada senderan kursi sehingga keseimbangan badannya terjaga. Istriku bergerak makin cepat begitupun Rozy yang menaikan pantatnya, menginginkan penisnya terhujam makin dalam ke liang memek istriku.

Gerakan naik turun pantat istriku untuk mengeluar masukan penis Rozy yang diiringi juga dengan gerakan Rozy, berlangsung semakin cepat dan cepat..! Hingga mereka akhirnya terdiam dengan membenamkan kelamin mereka semakin dalam.. untuk menjemput puncak kenikmatan..! Istriku masih berada diatas Rozy untuk beberapa saat mereka berciuman… Pandanganku berkunang-kunang, kepalaku terasa berat melihat Istriku yang selama ini kubKrisnakan, baru saja bersetubuh sedang dengan lelaki lain. -
Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Berbagi Kenikmatan

Agen Judi Poker Online Terpercaya

Senin, 04 April 2016

Cerita Sex Pijatan Erotis Yang Nikmat

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Pijatan Erotis Yang Nikmat - Sebagai seorang wanita, seperti juga halnya diriku, tentunya wajar apabila mendambakan pendamping yang sempurna. Seorang lelaki yang rupawan, gagah, sabar, penuh pengertian dan tanggung jawab, dan tentu saja mapan. Itulah harapanku kelak kalau aku menikah nanti. Walaupun soal kemapanan bukan prioritas buatku, karena akupun sudah memiliki karir yang cukup lumayan. Dan seperti telah menjadi suratan takdirku, ternyata Tuhan mengabulkan cita-citaku. Aku dipertemukan dengan seorang lelaki sebagaimana yang kuidam-idamkan selama ini, dan kami pun menikah dengan penuh kebahagiaan.

Suka Bening : Pijatan Erotis Yang Nikmat
Sebagai seorang wanita yang cukup terpelajar, tentu saja pengetahuanku mengenai hubungan suami-istri (sex) cukup memadai pula, walaupun sepanjang masa-masa pacaran, kami tak pernah melakukan hal-hal yang melampaui batas. Barulah pada saat kami menikah, segala tabu antara aku dan suamiku, segala rahasia yang terpendam, semua rasa ingin tahu yang dulu ingin menyeruak, kini telah kulanggar, kuterobos dengan cara yang sah menurut agama. Aku serasa terhanyut dalam samudera berahi yang tak bertepi, segala yang bisa aku rengkuh, aku rengkuh dengan semaksimal mungkin. Pada malam-malam yang indah bagi kami berdua itu, aku merasa menjadi wanita yang seutuhnya. Kami menjadi sepasang manusia dengan nanluri-naluri hewaniah yang satu sama lain minta dipenuhi. Aku telah memberikan yang terbaik bagi suamiku, kesucian yang selama ini selalu aku jaga dengan sebaik mungkin, dan aku juga telah memberikan pelayanan yang menurutku paling baik, sekaligus ingin merengkuh kebahagiaan duniawi bagi diriku sendiri yang selama ini hanya aku dengar dari teman-teman yang sudah married.

Sepanjang hari, selagi kami berdua masih dalam masa cuti menikah, seperti tak ada yang terlewatkan dengan cumbu-rayu yang panjang dan teramat sangat melelahkan. Dan aku benar-benar merasakan kebahagian lahir dan batin.

Cerita Dewasa, Begitulah perjalanan perkawinanku dengan suamiku, hingga menginjak masa 2 tahun tanpa persoalan dan pertengkaran yang berarti. Pendeknya aku terus menjaga dan memelihara api cinta ini agar tak lekas padam, begitu pula yang kurasakan pada diri suamiku.

Masa pernikahan 2 tahun bukanlah masa yang singkat, sekalipun tidak dapat dikatakan terlalu lama. Walaupun aku belum dikaruniai momongan, dan frekuensi hubungan kami sudah menurun karena berbagai kesibukan dan rutinitas, tak seperti masa-masa pengantin baru dulu, dan tak lagi menggebu-gebu, tetapi bagiku pribadi, ini bukanlah persoalan yang terlalu penting. Aku merasa sudah cukup dengan apa yang aku jalani selama ini, aku telah menerima keadaan ini dengan ikhlas sebagai sesuatu yang alamiah belaka, tanpa keinginan-keinginan untuk berbuat neko-neko. Toh walaupun tidak terlalu sering, ketika aku berhubungan dengan suamiku, aku masih bisa mereguk kebahagiaan duniawi.Gairahsex

Terus terang aku bukanlah seorang perempuan yang bertampang buruk. Setidaknya itu menurut suamiku. Aku tak perlu menyebutkan seperti apa kelebihanku secara fisik karena menurutku itu kurang patut. Cukuplah bagiku, pendapat dari suamiku sendiri ketika dia senantiasa mengingatkanku untuk selalu menjaga diri dan kehormatanku sewaktu bekerja. Menurutnya, aku sangat cantik, bahkan setelah menginjak tahun ke-2 perkawinan kami, di usiaku yang menapaki 29 tahun, kata suamiku aku sama sekali tak berubah secara fisik, mungkin ini karena aku belum dikasih momongan sehingga badanku tidak berubah sebagaimana sebelum menikah.

Dan akupun, tak bermaksud ge-er atau memuji-muji diri. Di kantorku, maupun di lingkunganku bekerja, tidak sedikit lelaki tampan dan berkedudukan yang menaruh hati padaku, baik itu rekan sekerja, atasan, maupun rekanan-rekanan perusahaan tempatku bekerja. Ajakan makan siang bersama dari rekanan perusahaan, nonton bareng, ngobrol lewat telepon yang bernada ngeres, dan ajakan kencan buta, sudah bukan hal yang asing lagi bagiku. Tapi semua itu tak pernah menggoyahkan hatiku. Aku selalu bisa menghindarinya dengan halus dan sopan. Karena aku selalu beranggapan bahwa kesetiaan sebagai seorang istri adalah segala-galanya bagiku. Aku sudah merasa cukup bahagia dalam perkawinanku, aku tak perlu neko-neko lagi untuk kesenangan-kesenangan sesaat, dan aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan merusak ketentraman rumah tangga yang telah kubina cukup lama.

Setidaknya itulah pandanganku mengenai kesetiaan dan kebahagiaan dalam mengarungi bahtera rumah tangga, sampai pada suatu titik dimana aku ternyata tidak mampu mempertahankan prinsipku dikarenakan oleh suatu sebab yang sebenarnya sangat sepele dan sangat tidak bermartabat….

Pada suatu hari aku berkesempatan mengunjungi orangtuaku yang sebenarnya masih satu kota denganku. Aku datang ke sana sendirian karena suamiku harus mengurusi pekerjaannya ke luar kota. Sebenarnya walaupun tinggal di satu kota, aku tergolong jarang bertandang ke rumah orangtuaku karena kesibukanku. Rata-rata aku hanya berkunjung sebulan sekali. Entah mengapa saat itu di rumah orangtuaku terlihat sepi, tak terlihat tamu-tamu yang biasanya menjadikan rumah orangtuaku sebagai pangkalan pertemuan, maklumlah orangtuaku adalah salah satu sesepuh partai besar di negeri ini. Jadi agak terasa janggal melihat suasana rumah begitu sepi, karena biasanya tamu-tamu ayahku selalu datang silih berganti seperti tak mengenal waktu.

Saat itu di rumah hanya ada ayah-ibuku, Mbak Erni kakak kandungku, dan Pak Darmo yang menjadi tukang pijat ayahku sekaligus penasehat spiritual ayahku sejak aku SMA dulu. Aku pun nimbrung dan ngobrol-ngobrol dengan mereka semua. Sesekali kulihat ayahku yang meringis kesakitan karena telapak kakinya di-refleksi oleh Mbah Darmo.

Ayahku sudah cukup lama mengidap diabet, bahkan sering keluar-masuk rumah sakit kalau gula darahnya melonjak di atas normal, tidak jarang pula ayahku harus menjalani terapi insulin karena pankreasnya sudah kurang berfungsi. Tetapi entah kenapa dia masih tak percaya dengan pengobatan medis dan lebih memilih pengobatan alternatif. Untuk satu hal itu dia mempercayakan ke Mbah Darmo yang setahuku sudah jadi langganan keluargaku sejak lama sekali. Adapun Mbah Darmo sendiri setahuku hanyalah tukang pijit biasa yang tak punya kelebihan supranatural seperti yang sering dibicarakan keluargaku. Umurnya sekitar 67-an, kulit gelap, kurus tinggi. Penampilan khasnya yang sejak dulu tak pernah berubah adalah dia selalu berbaju safari pemberian ayah, berpeci hitam, bersarung gelap yang sudah pudar warnanya, dan selalu berkacamata tebal. Sejauh aku mengenalnya, aku tak pernah bicara dengannya walaupun sudah kenal lama. Hanya saja pada pertemuan kali ini, aku bisa melihat sesekali ia mencuri-curi pandang ke arahku. Sambil memijat telapak kaki ayahku, mulutnya tak henti mengisap rokok kretek yang menebarkan bau khas tembako yang terbakar. Sering kali aku pergoki sudut matanya menatap ke arahku dengan pandangan yang sulit kutebak maknanya. Aku selalu memalingkan muka, berpura-pura tak tahu kalau sedang menatapku, dan aku juga tak merasa perlu berbasa-basi dengannya karena kurasa memang kurang perlu.

Di tengah keasyikan aku berbincang ngobrol-ngobrol dengan ayah-ibuku dan Mbak Erni, tiba-tiba Ibuku menawari aku untuk diterapi / dipijat Mbah Darmo. Katanya, dia dan Mbak Erni juga baru saja selesai dipijat.

“Coba kamu dipijat Wi, biar kamu tahu apa penyakitmu. Siapa tahu Mbah Darmo bisa bantu kamu mengetahui masalah kandunganmu..”

Aku cuma tersenyum sambil menggelengkan kepalaku. “Engga perlu Bu, aku ga ada masalah kok,” tolakku dengan halus. “Lagian aku ke sini cuma sebentar, rumah lagi kosong, ngga enak ditinggal lama-lama.” Aku mencoba memperhalus penolakanku. Tapi alasanku ditimpali rajukan Mbak Erni, “Ayolah Wi, nggak ada salahnya kan kamu coba, siapa tahu ada gangguan yang lain..” cerocos Mbak Erni mencoba membujukku. Aku tetap menggeleng. Aku memang enggan pijat, apalagi dipijat oleh laki-laki. Untuk menghindari bujukan mereka aku segera berdiri dan pamitan. Tapi di luar dugaanku, ayahku menyela, “Wi, kamu sekarang pijat dululah. Siapa tahu ada yang salah dengan kesehatanmu. Bapak sudah merasakan khasiatnya kok. Buktinya sekarang gula darah Bapak ngga pernah naik-naik lagi,” kata ayahku mencoba meyakinkan. Akhirnya dengan perasaan segan aku pun menyetujui permintaan ayahku karena sedari dulu aku memang paling segan menolak kalau ayahku sudah meminta, sementara secara sepintas aku melihat Mbah Darmo hanya tenang-tenang saja mendengarkan perdebatan kami, mungkin dia merasa tak enak juga kalau aku bersedia dipijat karena dipaksa.

“Di kamar Ibu saja, Wi,” saran Ibuku. Mbak Erni mendukung saran Ibuku. ” Iya Wi, tadi tempatnya sudah kurapikan lagi kok.” Mau tak mau dengan perasaan enggan aku pun masuk ke kamar ibuku yang tempatnya tak jauh dari ruang tamu, sementara Mbah Darmo membuntuti langkahku dari belakang.

Sesampai di dalam kamar ibuku, aku membiarkan pintu tetap terbuka sementara aku langsung tengkurap di ranjang. Tetapi di luar dugaan Mbah Darmo menyuruhku berganti baju dulu.

“Maaf Jeng, saran saya, sebaiknya Jeng Dewi pake sarung atau kain saja, supaya mudah memijatnya,” katanya.

Puh! Tentu saja aku keberatan, berarti aku bakalan setengah telanjang dong di depan dia. Wajahku yang mendadak berubah kesal langsung tertangkap mata lelaki tua itu. Tetapi tampaknya dia memahami keenggananku. Dengan sopan dia mencoba memberi pengertian yang sebenarnya aku sudah tahu.

“Jeng Dewi, sampeyan mungkin sudah tahu kalau busana yang ketat memang kurang baik untuk kesehatan, apalagi celana semacam itu,” katanya sambil memandang celana jins ketatku.

“Kalau saya pijat seperti itu, nanti hasilnya malah kurang baik, soalnya mengganggu peredaran darah,” katanya memberi alasan.

Lagi-lagi aku terpaksa kehabisan akal untuk menolak bujukan orang tua ini. Aku terpaksa bergegas membuka-buka lemari ibuku, mencari-cari kain atau sarung. Setelah aku temukan kain sarung ibuku yang masih belum sempat terpakai, aku segera membawanya ke dalam kamar mandi yang menyatu dengan kamar tidur orang-tuaku. Terpaksalah aku tanggalkan kaus oblongku, celana jins ketatku, tinggallah bh dan celana dalamku yang keduanya berwarna krem. Aku segera memakai sarung untuk kujadikan kemben. Dan mungkin agak terlalu pendek karena sarung yang kupakai hanya menutupi bagian dadaku sampai sedikit di atas pahaku. Namun sebelum keluar dari kamar mandi entah kenapa aku tergerak untuk berkaca di depan cermin besar yang ada di dalam kamar mandi itu. Aku terhenyak.

Entah mengapa, tiba-tiba aku merinding memandangi pantulan tubuhku sendiri yang masih nampak sangat sempurna. Apakah cermin ini yang salah??? Mendadak hatiku dipenuhi perasaan aneh yang tak pernah kualami sebelumnya. Suatu perasaan yang sangat sukar kulukiskan dengan kata-kata… Aku terpesona dengan kesempuranaan tubuhku sendiri… aku merasa sangat sexy dengan penutup kemben ini. Tetapi aku berusaha menepis perasaan aneh yang tiba-tiba menjalar ini, dan aku tak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi hanya untuk mengagumi diri sendiri.

Sesaat aku merasa ragu-ragu untuk keluar dari kamar mandi dengan busana seperti ini. Karena sejujurnya aku merasa malu kalau harus tampil dengan busana minim ini di depan orang lain selain suamiku. Tetapi serasa ada dorongan yang demikian kuat yang mengalahkan perasaan maluku, sehingga akhirnya aku hanya bisa menyerah pada keberanian dan keinginantahuan aneh yang tiba-tiba menyeruak dari dalam hatiku.

Dan benar saja dugaanku. Sekeluarku dari kamar mandi, sekalipun dengan gerakan yang beringsut menutupi “keterbukaanku”, aku melihat Mbah Darmo memandangiku dengan ternganga… matanya seakan melompat… dan jakunnya bergerak-gerak seakan-akan menelan ludahnya sendiri. Aduh… betapa malunya aku dipandangi orang tua ini. Walaupun hanya sesaat, aku bisa merasakan ketakjuban luar biasa dari orang tua ini… dan anehnya, ini di luar kebiasaanku, aku merasa tersanjung dan senang menerima kekaguman dari lelaki lain yang sesungguhnya hanya pantas menjadi kakek buyutku.

Sesaat aku menyadari bahwa pintu kamar ibuku telah ditutup sehingga tak bisa nampak dari luar, dan AC pendingin ruangan juga telah dinyalakan. Begitu beraninya orang tua ini melakukan sesuatu di rumah orang lain tanpa meminta ijin dari sang empunya rumah?

“Silahkan tengkurap, Jeng!” instruksi Mbah Darmo membuyarkan lamunanku. Dengan perasaan berdebar-debar yang tak kumengerti aku segera tengkurap di ranjang ibuku dengan tetap merapatkan kain kembenku. Aduh… mengapa hatiku jadi dag… dig…dug tak keruan begini? Belum lagi pertanyaan hatiku terjawab, aku tiba-tiba merasakan ranjang pegas ibuku bergoyang ditimpa beban tubuh Mbah Darmo di sampingku. Dia mengambil posisiku di sebelah kiri betisku dan mulai memegang telapak kakiku. Dan lagi-lagi aku merasakan debaran di dadaku bertambah kencang saja.

Aku merasa telapak kakiku sebelah kiri di angkatnya dan ditumpangkan ke atas kedua pahanya. Secara refleks aku berusaha merapatkan kedua pahaku agar dia tak bisa mencuri-curi pandang sela-sela pahaku. Dia membalurkan minyak yang berbau rempah di atas telapak kakiku, mungkin semacam minyak tawon yang biasa aku pakai kerokan kalau lagi masuk angin. Aku merasakan suatu tekanan yang lembut namun kuat di permukaan telapak kakiku. Sungguh aneh, aku sama sekali tak merasakan sakit atau ngilu. Sebaliknya perasaan nyaman seperti mulai menyelimuti diriku. Jika sebelumnya aku merasakan ketegangan dan perasaan malu yang teramat sangat karena harus berbusana minim di depan kakek tua ini, kini rasa tegang dan malu itu berangsur-angsur sirna. Sesekali jari-jari kakiku diurutnya juga, dan entah mengapa pijatannya seperti mengalirkan perasaan rileks pada diriku.

Sekalipun begitu aku tak berusaha menunjukkan kerelaanku ketika di”sentuh” olehnya. Aku hanya membenamkan wajahku di atas bantal karena rasa malu dan gengsi sesekali masih menyeruak dalam diriku. Ruangan dalam kamar ibuku serasa sunyi, hanya terdengar keriut pegas ranjang yang bergoyang karena gerakan tubuh Mbah Darmo yang sesekali mengubah posisi, kadang di sebelah kananku, lalu kembali lagi ke sebelah kiri. Hampir lima menit berlalu kami berdua tak mengucapkan kata-kata basa-basi sepatah pun. Sampai suatu ketika aku mendengar suara serak dan berat dari Mbah Darmo memecah kekakuan ini.

“Jeng Dewi sering kena sakit lambung?” tanya Mbah Darmo sambil tetap mengurut-urut telapak kakiku, kali ini yang sebelah kanan, jemarinya ditekan dalam-dalam seperti mendeteksi masalah kesehatanku. Aku hanya bisa menggerakkan kepalaku ke atas-ke bawah, membenarkan diagnosisnya. Aku hanya bisa menggerutu dalam hati, mengapa tebakannya bisa tepat sekali …

“Ini ada kaitannya dengan masalah kandungan Jeng Sari,” katanya lagi.

“Kenapa tidak dulu-dulu Jeng Sari periksa ke saya?”

Aku hanya diam tak menjawab. Wajahku semakin kubenamkan ke dalam bantal karena entah mengapa aku menduga Mbah Darmo pasti sedang memandangi bagian belakang tubuhku yang tertutup kain sarung.

Tiba-tiba tanpa permisi Mbah Darmo menyentuh bagian tumitku, mata kaki, betis sebelah dalam, lipatan lutut, dari kedua kakiku. Dan yang membuat aku terhenyak, dia juga menekan area perbatasan paha dan pantatku sembari berkata,

“Titik-titik ini yang bermasalah dan harus segera diterapi, Jeng.”

Terus terang, sekalipun Mbah Darmo sudah menjelaskan seperti itu aku merasa tidak terima dengan perlakuannya yang tanpa permisi dulu itu. Tetapi alih-alih aku memprotes kelakuannya itu… yang keluar dari mulutku justru…

“Sakit engga ya Pak kalau diterapi di situ?”

“Ya tergantung seberapa gangguannya. Moga-moga belum parah, Jeng, supaya lekas pulihnya, tapi tidak bisa diterapi satu kali terus langsung sembuh lho..” Aku diam saja tak berusaha menanggapi.

Giliran kedua betisku sekarang dilumuri minyak urut, lalu diratakannya dengan mengusap-agar merata hingga aku merasakan licin sekali. Kemudian diurutnya dengan tekanan yang lembut, dari arah bawah dekat mata kaki ke atas sampai lipatan lututku. Entah mengapa aku tak merasa sakit sama sekali, sebaliknya justru aku merasa enak bercampur geli sehingga beberapa kali secara refleks aku menggelinjang menahan geli. Akibatnya kain sarungku malah tertarik ke atas akibat gerakanku. Aku berusaha membetulkannya tapi tanganku tak sampai. Aku berusaha menggapai kain sarungku agar kembali ke tempatnya semula, tetapi gerakanku yang agak tegang itu malah membuat kain sarungku makin terangkat lebih tinggi, hingga akhirnya aku terpaksa menyerah, kuputuskan untuk membiarkan saja. Aku hanya berharap semoga Mbah Darmo tidak berusaha mengintip lebih jauh. Entah mengapa aku merasa tegang sekali saat itu karena suatu sebab yang tidak aku pahami. Mungkin aku merasa tidak terima karena tubuhku disentuh lelaki selain suamiku, atau malah sebaliknya, aku hanya ingin mengingkari saja. Apalagi tanpa kusadari aku mulai bisa menerima dan merasa nyaman dengan pijatan pak tua ini.

Lambat-laun keteganganku berangsur-angsur sirna manakala Mbah Darmo semakin intens mengurut kedua betisku, terutama pada area yang tadi dikatakannya sebagai salah satu titik bermasalah. Ditambah lagi minyak urut yang dioleskan ke betisku semakin banyak, jadi makin terasa licin dan enak ketika jemari pak tua yang kasar itu meluncur di atasnya. Keadaan ini membuat aku merasa tak perlu jaga imej lagi, dan aku merasa jauh lebih rileks daripada sebelumnya. Dan silih berganti betisku yang sebelah kanan dan kiri diurutnya secara bergantian. Malahan sesudah itu kedua betisku diurutnya secara bersama-sama dari bawah ke atas dengan polesan minyak urut yang lumayan banyak.

Makin lama aku merasakan pijatan Mbah Darmo mulai menjalar naik ke lipatan lututku sebelah kanan dan kiri bersamaan. Entah mengapa ketika itu aku merasa geli bukan main, tetapi bukan rasa geli yang membuat orang menggeliat-geliat, sebaliknya malah menerbitkan rasa nyaman yang tak terkira. Tetapi entah mengapa tiba-tiba hatiku gelisah, tiba-tiba saja perasaan aneh yang sempat kurasakan di kamar mandi tadi menyeruak lagi bersamaan dengan pijatan-pijatan lembut yang dilakukan Mbah Darmo yang terkadang menyentuh paha dalamku. Aku merasa seluruh pori-pori di tubuhku meremang, dan permukaan kulitku makin sensitif karenanya. Pijatan-pijatan Mbah Darmo lambat-laun seakan menjalarkan sensasi-sensasi aneh dalam tubuhku, sensasi yang membuat tubuhku terkadang menggelinjang tanpa kusadari.

Hatiku semakin kebat-kebit tak keruan manakala pijatan itu mulai naik ke kedua pahaku, terlebih lagi, tanpa permisi Mbah Darmo menyingkap kain sarungku hingga tepat ke bawah pantatku. Dinginnya AC langsung menerpa kedua pahaku yang sekarang terbuka. Aku mendadak menggigil, bukan karena kedinginan, melainkan aku menyadari bahwa Mbah Darmo sekarang bisa memandangi seluruh pahaku dengan leluasa. Yang lebih memalukan lagi, mungkin dia juga dapat melihat celana dalamku.

Belum apa-apa badanku tiba-tiba gemetar, padahal Mbah Darmo baru mengoleskan minyak urut ke permukaan kedua pahaku. Ketika dia meratakannya ke seluruh pahaku tak terkecuali paha bagian dalam, mendadak tubuhku serasa tersengat arus listrik yang membuatku menggeling tanpa kusadari. Entah sengaja atau tidak jemari Mbah Darmo menyentuh dan menekan pantat dan bagian dalam selangkanganku, membuat perasaan aneh dalam diriku makin menguat. Aku merasa tubuhku mulai bergejolak. Ya Tuhan… lindungilah aku…

Sesaat terbersit kesadaran bahwa aku harus berhenti… tidak… tidak… hal ini tak boleh terjadi, tak boleh diteruskan. Tetapi sebelum sempat aku menyatakan keinginanku, tiba-tiba kurasakan kedua pahaku sudah mulai diurut secara bersamaan… diurut dari lipatan lutut… bergerak naik… betapa kurasakan tangkupan telapak tangan Mbah Darmo yang besar lagi kasar itu yang sebelah menekan paha dalamku, dan yang sebelah lagi menekan paha luarku. Dan aku seperti tak berdaya… menanti… menunggu dengan perasaan yang tak menentu. Saat itu yang kurasakan justru tekanan jari-jari Mbah Darmo yang tergelincir pada paha dalamku semakin kuat..dan terus bergerak naik..perlahan… menyusup ke dalam sarung yang kukenakan dan akhirnya…

“Uhh..”  aku hanya bisa menggelinjang saat jemari yang kasar itu akhirnya menekan tepat di dalam lipatan pantatku… tepat pada pinggir kewanitaanku yang masih tertutup celana dalam. Tetapi hal itu sudah cukup mengalirkan getaran pada bagian tubuhku yang paling peka. Dan tanpa bisa kutahan-tahan lagi, membersitlah cairan tubuhku, membersit dari dalam kewanitaanku, meleleh membasah kepermukaan celana dalamku. Aduh aku merasa malu sekali. Mengapa bisa seperti ini? Mengapa aku jadi bergejolak hanya karena disentuh oleh lelaki tua yang seharusnya lebih pantas menjadi kakek-buyutku? Tuhan… aku semakin tak berdaya… dan semakin berulang bersitan-bersitan hangat dari dalam kewanitaanku ketika bagian selangkanganku tersentuh lagi, entah disengaja atau tidak.

Aku merasakan geli yang luar biasa sekaligus sensasi yang luar biasa pula. Aku mulai kehilangan pikiran jermihku. Memang, ketika bagian selangkanganku tersentuh dengan sepenuh tekanan tidaklah mengena langsung pada syarafku yang paling peka. Tetapi ketika jemarinya yang menekan selangkanganku itu ditarik lagi dengan sepenuh tekanan ke arah bawah, betapa kurasakan bagian tubuhku yang paling peka seakan-akan seperti tertarik pula keluar. Akibatnya sungguh tak kusangka-sangka… aku belum pernah mengalami sensasi secepat dan senyaman ini ketika dengan suamiku… aku merasa jemari bapak tua ini menjalarkan sensasi yang aneh pada kewanitaanku… sekalipun aku mencoba mengingkarinya, aku tetap tak bisa mengelak bahwa saat ini aku telah benar-benar basah… suatu pertanda bahwa aku sudah siap sepenuhnya… Aduh malunya aku…

Aku serasa tak bisa menahan diri lagi ketika sentuhan pada kewanitaanku semakin sering, dan kebasahanku seakan membanjiri permukaan celana dalamku. Aku merasakan pantatku terjingkat-jingkat secara refleks, seakan-akan memberikan keleluasaan kepada pak tua ini untuk menyentuh lebih jauh. Tiba-tiba saja aku menyadari bahwa jemari Mbah Darmo sudah tidak hanya berhenti pada batas celana dalamku, tetapi jemari-jemari itu kurasakan tergelincir melewati pembatas celana dalamku…dan langsung menekan permukaan kewanitaanku secara langsung.

Aduh… aku kaget setengah mati, seakan tak percaya pada apa yang baru kualami. Rasa malu yang luar biasa berkelindan dalam hatiku karena pak tua ini mengetahui kebasahanku. Tetapi tak berlangsung lama, jemari itu kurasakan makin liar mengurut dari lututku..ke atas…tergelincir pada paha dalamku… semakin naik menyusup ke balik sarungku…menekan selangkanganku…. menyelusup dengan lembut batas celana dalamku… dan akhirnya berhenti pada bagian genitalku yang paling peka yang sudah sangat basah…

Tiba-tiba saja, antara percaya dan tidak, aku merasakan suatu kegelian yang hebat mulai menyemut dalam rongga panggulku, membuatku merasa melayang-layang dan cairanku tertumpah semakin banyak… aku merasakan suatu gejolak yang hebat seperti gelombang yang hendak menerjang bendungan pertahananku, aku merasa limbung… dan tak berdaya… sekalipun waktu itu aku mulai menyadari bahwa Mbah Darmo dengan berani dan tanpa seijinku mulai menarik karet celana dalamku sembari kurasakan jemarinya yang lain masih setia menyusup ke dalam celana dalamku, berkelindan, menekan, merabai kelenjar syarafku yang paling peka…

Uhh.. dengan tanganku aku berusaha menahan agar celana dalamku tak lepas dari tubuhku, sekalipun sensasi-sensasi yang tak keruan makin menguat memporakporandakan pertahanku… karena jemari-jemari yang nakal itu masih saja mencecar kewanitaanku silih berganti. Sampai tiba-tiba aku merasa tak sanggup lagi bertahan karena perasaanku serasa sudah mulai melayang-layang, kesadaranku mulai nanar, pandanganku kabur, sedangkan rongga dalam kewanitaanku mulai berkedut-kedut makin kuat…

Dan ketika kurasakan celana dalamku semakin melorot menjauhi pantatku… Uhhh… tiba-tiba aku merasakan hantaman gelombang kenikmatan yang susah kulukiskan yang bersumber dari kelanjar syarafku yang paling peka… gelombang itu serasa meledak begitu saja menerjang bendungan pertahanku… membuat tubuhku bergetar dan menggelinjang tak keruan tanpa kusadari… membuat tubuhku terbang ke awang-awang… membuat selangkanganku berkedut-kedut ribuan kali, seperti memancarkan kehangatan sepanjang kewanitaanku… Aku merasakan sesuatu yang sangat berbeda yang datang begitu cepat… yang belum pernah aku rasakan selama aku bercumbu dengan suamiku… kurasakan tubuhku menggeletar dengan gerakan yang tak bisa aku kontrol, sementara dalam sisa kesadaranku aku masih bisa merasakan jemari pak tua nakal itu masih terus menari di selangakanganku, sementara yang lainnya terus menarik celana dalamku…gairahsex.com

Sesaat… aku merasakan kesadaranku pulih, setelah kurasakan keliaran jemari pak tua ini berubah menjadi ngilu pada selangkanganku. Aku malu sekali, menyadari celana dalamku telah melorot hingga ke paha… menyadari bahwa pak tua ini pasti telah menyaksikan auratku yang paling rahasia dari arah belakangku, yang paling aku jaga agar tak terjamah oleh lelaki lain selain suamiku… aku merasa sangat terhina…

Secepatnya aku menepis tangan Mbah Darmo yang masih ingin meneruskan aktifitasnya pada selangkanganku. Dan secepat itu pula aku segera beringsut menjauh dari tempat tidur dengan perasaan benci yang amat sangat setelah kubetulkan celana dalamku yang melorot. Kupandangi wajah Mbah Darmo yang melongo sambil kurapikan kain kembenku yang sudah terbuka di sana-sini, kulihat gurat-gurat ketakutan pada kedua matanya…

Kudengar Mbah Darmo bersuara lirih,

“… kenapa Jeng? Kan belum selesai…”

Belum selesai dengkulmu, rutukku dalam hati sambil berjalan ke kamar mandi. Aku acuhkan dia dan kubuat wajahku seketus mungkin. Bagaimanapun Aku malu sekali, sangat malu, dan sangat terhina… bagaimana aku bisa membiarkan diriku terlena oleh orang tua yang buruk rupa ini? Di dalam kamar mandi tanpa kusadari tiba-tiba aku menangis, aku merasa berdosa sekali pada suamiku, dan aku berusaha membersihkan diriku sebersih-bersihnya, serasa ada noda yang menempel pada badanku, yang susah sekali kubersihkan… Entah berapa jam aku membersihkan diri dan merenung-renung. Setelah aku merasa cukup tenang dan bisa menguasai diri, dengan sangat terpaksa sekali aku memakai celana dalamku yang ternyata masih basah dan lengket-lengket…

Ketika aku keluar dari kamar mandi, kulihat pintu kamar ibuku sudah terbuka, AC sudah mati, dan pak tua itu sudah tidak ada di kamar. Aku merasa tak punya nyali untuk melangkah lebih jauh, karena mungkin Mbah Darmo masih di ruang tamu. Tetapi menyadari bahwa aku sudah terlampau lama meninggalkan rumah, terpaksa aku bernaikan diri keluar dari kamar ibuku. Dan ternyata benar dugaanku, kudapati Mbah Darmo sedang ngobrol-ngobrol dengan ayahku, sambil merokok. Aku sempat bersirobok pandang dengannya, tetapi menyadari apa yang baru saja terjadi di kamar ibuku barusan, mendadak aku merasa malu sekali, mukaku entah mau kutaruh dimana. Aku merasakan wajahku memerah ketika kupergoki dia sedang memandangiku. Lagi-lagi aku merasa terhina. Aku hanya menunduk saja sewaktu pamitan kepada ayah dan ibuku. Mbak Erni tidak tampak di antara mereka bertiga… “Jeng Dewi, tiga hari lagi tolong ke sini lagi ya, terapinya belum selesai…” Mbah Darmo ternyata masih berani mencoba-coba menawarkan terapi yang tak senonoh ini, setelah dia dengan sengaja berani menjahili tubuhku. Tetapi yang membuatku sangat dipermalukan adalah aku sama sekali tidak berdaya dan tidak protes sewaktu Mbah Darmo berbuat jahil terhadapku, bahkan aku membiarkannya…

Di rumah, perasaan bersalah terus menghantuiku hingga petang. Aku menunggu menunggu kepulangan suamiku dengan perasaan cemas tak terkira. Aku ingin segera bertemu dengannya, tetapi sekaligus aku takut. Perasaan berdosa karena telah berkhianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan suamiku benar-benar menjadi beban, tak kusadari tiba-tiba air mataku telah melompat keluar membasahi pipiku. Ah, seandainya saja tadi siang aku bisa menolak tawaran ayahku untuk tidak pijat, saat ini pasti aku sudah bisa beristirahat dengan tenang. Tak berapa kudengar suara mobil suamiku tiba, aku merasa gemetar dan gugup. Kusambut suamiku dengan perasaan yang kacau, tetapi aku berusaha bersikap sewajarnya sehingga dia tidak curiga.

Malam itu dengan perasaan gelisah aku tak bisa menolak ketika dia meminta jatahnya padaku. Entah mengapa, malam itu dia terasa begitu tangguh, dan lama ketika mencumbuku. Sebaliknya dengan diriku, entah apa yang terjadi, aku sangat sulit untuk meresponnya dengan baik, sebaliknya aku merasa kesakitan, pedih, dan perih, sekalipun bak seorang artis aku tetap berpura-pura menikmati setiap percumbuan dengan hangat dan menggelora. Rasa perih yang kurasakan menjadi-jadi manakala suamiku bergerak lebih cepat, dan rasa sakitku tak bisa kusembunyikan lagi. Aku mengaduh… sungguh sakit rasanya. Aku merasa kering. Tetapi suamiku salah menduga, dikiranya aku malah menikmati percumbuan ini sehingga makin bersemangat saja dia. Terpaksalah kutahan-tahan penderitaanku yang seolah tak berujung itu,gairah sex.com sampai suamiku akhirnya melepaskan hajatnya.

Aduh, aku merasa sakit, perih, dan memar sehingga aku tertaih-tatih ketika berjalan menuju kamar mandi. Kukuat-kuatkan tubuhku sebisa mungkin, hitung-hitung sebagai penebus dosa yang telah kulakukan siang tadi.

Esok hari di kantorku, aku masih saja dipenuhi rasa bersalah terhadap suamiku. Entah kenapa aku sulit sekali melupakan peristiwa kemarin. Aku masih merasa jijik dan hina dengan diriku sendiri. Dan entah sampai kapan akan kutanggung rasa ini. Tetapi setidaknya aku masih beruntung, karena aku masih bisa menguasai diri sehingga tak terjadi hal-hal yang lebih hina lagi.

Hari-hari berikutnya, sedikit demi sedikit aku mulai bisa melupakan rasa bersalahku. Dan aku berjajnji pada diriku sendiri untuk tidak sekali-kali membiarkan kebodohan ini terjadi lagi pada diriku. Sampai pada suatu hari, Kamis malam, ketika aku sedang bersantai dengan suamiku, tiba-tiba kudengar telpon rumahku berdering.

“Hallo… dengan Jeng Dewi?” kudengar suara laki-laki yang asing di telingaku, parau suaranya.

“Ya, saya sendiri, dengan siapa ini?”

“Saya Jeng Dewi, saya Darmo,”

Deg.. kaget bukan kepalang aku, darimana dia tahu nomor telponku? Dengan perasaan berdebar kudengarkan suara di telpon itu.

“Anu jeng, tadi saya disuruh Bapak mengingatkan Jeng untuk terapi lagi, kenapa siang tadi jeng Dewi tidak ke rumah Bapak?”

“Mmm… anu Pak ngga usah, terima kasih.” segera kututup gagang telponku. Perasaanku tiba-tiba berdebar dan dipenuhi rasa takut tak terkira.

“Siapa yang telpon Ma?” tanya suamiku. Dia seperti menyelidik perubahan yang terjadi pada raut mukaku.

“Bapak Pah, dia meminta aku datang, katanya kambuh lagi.” jawabku sekenanya. Terpaksalah aku berbohong supaya suamiku tidak bertanya-tanya lagi jauh.

“Ya sudah, besok kamu ke sana saja, minta ijin dulu ke bossmu.”

Tiba-tiba telpon berdering lagi, dengan gemetar kuangkat gagang telpon itu.

“Kenapa ditutup Jeng?” ternyata suara Mbah Darmo lagi..

“Anu Bapak, iya… maaf, saya belum bisa ke sana.”

“Kalau besok gimana?” kata Mbah Darmo lagi.

Mendengar aku terkesan menghindar, suamiku tiba-tiba menukas,”Ma besok kamu ke rumah Bapak, kalau perlu aku antar.”

“Ii..iya Bapak, besok saya usahakan ke sana kalau ada waktu luang,” jawabku agak panik. Gagang telpon cepat-cepat kututup agar masalah cepat selesai. Tetapi suamiku tampak tidak puas. “Kenapa Mama enggan ke rumah Bapak?” tanya suamiku.

“Anu Pah, soalnya ngga enak sama orang kantor,” kelitku.

“Kalau begitu sore saja, habis jam kantor,” kata suamiku mendesakku. Oh Tuhan, andai saja suamiku tahu apa yang telah terjadi padaku kemarin, tentu hari ini dia tak bakal ngasih ijin, mungkin aku malah akan dikurung selama-lamanya, engga boleh kerja lagi..

Malam itu aku gelisah tak bisa tidur, sedang suamiku sudah terbuai mimpi. Entah mengapa kejadian pelecehan Mbah Darmo kepadaku muncul lagi berseliweran di dalam benakku, membuat aku makin susah memejamkan mata. Tetapi kali ini aku merasakan sesuatu yang berbeda. Sudah tak ada lagi rasa terhina, jijik, maupun rasa bersalah yang kemarin-kemarin menghantuiku. Sebaliknya kali ini, aku merasa ada sesuatu yang aneh dalam dalam diriku. Entah kenapa aku jadi teringat kembali saat-saat ketika Mbah Darmo menyentuh tubuhku untuk yang pertama kali, menyentuhi bagian-bagian genitalku yang paling peka, dan mengantarkanku pada kenikmatan ragawi yang berbeda, yang membuatku melayang di awang-awang. Lalu akupun jadi gemetar membayangkan peristiwa itu, aku merasa seluruh pori-pori tubuhku mengembang, aku seakan masih merasakan jari-jemari pak tua meraba-raba dan mencecar seluruh area sensitifku, hingga aku menyadari bahwa celana dalamku sudah terasa sangat lembab dan lengket -
Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Pijatan Erotis Yang Nikmat

Agen Judi Poker Online Terpercaya

Minggu, 03 April 2016

Lily Cewek Teleponan

Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Cewek Teleponan - Ini adalah kisah nyata dalam perjalanan hidupku, terjadi sebelum akhirnya nasib mempertemukanku dengan suami sekarang ini. Namaku Lily, waktu itu umurku 26 tahun, sebagai seorang gadis panggilan tentu banyak pengalaman sexual yang aku alami dari bermacam umur, golongan, pangkat, tingkah laku, gaya hidup bahkan perlakuan sex.

Suka Bening - Cerita Sex Lily Cewek Teleponan
Memang target pasarku adalah golongan atas, sesuai dengan penampilanku yang high class, tentunya tarif yang aku kenakan juga sudah pasti angka 7 digit bahkan bisa 8 digit kalau menginap atau harus ke luar kota, tapi dari para tamu memang harga segitu sepadan dengan servis yang aku berikan, terbukti hampir 95% dari tamu adalah pelanggan lama, memang aku membatasi dan sedikit pemilih dalam melayani tamu, karena disamping masalah uang tapi juga selera, tujuannya adalah untuk mendapatkan kepuasan dalam sex maupun financial, yang pasti aku berusaha supaya bukan tamu-ku saja yang puas tapi aku juga bisa mendapatkan kepuasan.

Aku biasa melayani tamu dan panggilan short time 2-4 kali dalam sehari, belum lagi yang sampai menginap di hotel berbintang, bisa dibayangkan berapa kocek yang mengalir dalam kantongku, tapi seperti kata pepatah “easy come easy go”, uang mengalir masuk dengan mudahnya dan mengalir keluar dengan mudahnya pula dalam arena perjudian, tapi aku tidak pernah terlibat dalam drug, memakai sekali kali sih oke, itupun atas paksaan tamu.

Aku banyak memenuhi keinginan fantasy sexual para tamu, baik hanya berdua maupun bertiga, berempat tergantung kemauan para tamu, tapi dengan kelihaian rayuanku aku bisa memaksa para tamu untuk bercinta two in one atau three in one, yang one adalah aku, ini lebih sering terjadi dari pada aku bagian dari two atau three.

Banyak tamu yang ingin menjadikanku simpanannya bahkan jatuh cinta dan ingin menjadikanku simpanan bahkan istri kedua, tapi tak ada yang kutanggapi, karena pertimbanganku saat itu adalah dari sisi materi aku mendapat jauh lebih banyak sedangkan dari sisi sexual aku bisa menikmati dari tamu tamu yang memang aku seleksi, jadi belum ada alasan yang kuat untuk meninggalkan kehidupan ini, disamping itu aku sudah trauma ketika menjadi simpanan seorang pengacara Chinese saat pertama menjalani kehidupan ini. Ternyata freelance tidak terikat pada satu GERMO membuat aku bisa menentukan pilihan tamu yang aku terima maupun aku tolak dengan berbagai alasan.

Saat pertama kali aku terjun ke dunia ini atas bujukan seorang GERMO terkenal di Surabaya saat itu, namanya dikenal dengan Om Lok. Dia menempatkan aku di hotel berbintang di daerah Gunung Sari Surabaya, stand by di kamar menunggu tamu datang. Dalam posisi seperti itu aku tidak berdaya untuk menolak tamu kiriman Om Lok yang kebanyakan memang sudah seusia papaku, maklum dengan tarif setinggi itu tentu hanya orang berkantong tebal lah yang mampu “membeli” tubuhku, untuk short time saja sudah di atas 5 juta tentu bukan sembarang kelas yang mampu, padahal pelayananku saat itu masih biasa saja, maklum dari ibu rumah tangga langsung terjun ke dunia seperti ini, tapi toh banyak tamu yang mengulang dan mengulang lagi, sehari aku rata rata bisa menerima tamu rata rata 2-3 kali. Kujalani kontrak dengan Om Lok selama satu bulan, karena porsi pembagiannya tidak seimbang antara dia dan aku, maka aku mulai dengan berjalan sendiri alias freelance.

Dikalangan para Germo (GM) maupun rekan seprofesi “simatupang” (SIang MAlam Tunggu PANGgilan) aku lebih dikenal dengan sebutan Lily Panther, karena aku memakai mobil Phanter, hasil kerja kerasku selama sebulan dibawah “management” Om Lok, bagi para rekan, GERMO, atau ex-tamu yang mungkin masih mengenalku kita bisa berkomunikasi via e-mail.

Cerita cerita sex yang aku kirim adalah penggalan catatan harianku selama menjalani kehidupan sebagai “call girl”, nama dan tempat aku samarkan tapi tidak jauh dari yang sebenarnya, cerita non sex yang banyak aku alami tidak aku ceritakan, karena tidak akan menarik penggemar cerita sex.

Sang Pengacara
Tamu pertama saat aku menjalani profesi ini adalah seorang pengacara Chinese dari Jakarta yang sedang menangani kasus di Surabaya, namanya Hendra Hinata aku biasa panggil dia Koh Hi, berumur sekitar 50 tahun dan dialah orang yang akhirnya dengan kekuatan kepengacaraannya memutuskan kontrakku dengan Om Lok dan menjadikan aku sebagai simpanannya selama 3 bulan sebelum akhirnya aku tak tahan dan melepaskan diri dari ikatannya, dengan segala resiko yang harus aku tanggung.

Orangnya kelihatan tidak ramah, wajahnya kurang sedap dipandang, tapi apa dayaku, aku tak kuasa menolak karena memang tak boleh menolak setiap tamu yang dikirim Om Lok, padahal melihat wajahnya saja aku sudah ketakutan, habis seram sih, tapi itulah konsekuensinya.

Setelah Om Lok mengenalkan kami lalu dia meninggalkan aku berdua dengan Koh Hi, ada rasa tegang dan canggung berdua di kamar dengan orang asing, apalagi yang bertampang seperti Koh Hi, sungguh aku gugup dibuatnya.

Untunglah Koh Hi mengetahui kecanggunganku, sebagai tamu pertamaku dia cukup “berjasa” membimbingku dalam menghadapi tamu berikutnya, menumbuhkan rasa percaya diriku. Tahu bahwa dia adalah tamu pertamaku, maka Koh Hi tidak langsung tubruk, dia cukup sabar dan telaten mengajariku. Perlu dicatat, meski aku dibawah “penguasaan” Om Lok, tapi hubungan aku dan dia sebatas hubungan bisnis, tak ada paksaan untuk melayaninya, jadi Koh Hi adalah orang kedua yang akan menikmati kehangatan tubuhku setelah suamiku dan dia akan kembali mem-perawan-I ku, karena sudah hampir 2 tahun sejak aku cerai belum pernah bercinta lagi.

Setelah ngobrol beberapa saat untuk mencairkan suasana, Koh Hi mendekatiku, menuntunku ke ranjang, jantungku berdetak keras ketika dia memelukku, kupejamkan mataku saat dia mulai mencium pipiku, kurapatkan bibirku ketika dia mulai mencoba mencium bibirku, aku mengangis dalam hati ketika tangannya mulai menjamah dadaku. Ternyata Koh Hi memang benar benar seorang yang sabar, merasa tidak mendapat respon yang semestinya, dia menghentikan aksinya, bukannya marah tapi dia malah tersenyum melihat ke-lugu-anku.

Kembali kami ngobrol, kali ini di atas ranjang, dia memang pandai membawa suasana hingga aku merasa akrab dengannya. Dia lalu menciumku, aku tetap memejamkan mataku, tapi ketika dia mencium bibirku, aku mulai membuka bibirku meski dengan tetap mata tertutup. Aku mulai membalas ciuman bibirnya ketika tangan Koh Hi menjamah dan mengelus dadaku, napasku mulai turun naik, maklum sudah 2 tahun tidak terjamah laki laki. Tanpa melepaskan ciumannya, Koh Hi mulai meremas remas buah dadaku, tanganku dibimbingnya ke selangkangannya, tak berani aku menggerakkan tanganku itu, kurasakan ketegangan di balik celananya, kembali tanganku dipegangnya dan diusap usapkan pada kejantanannya yang sudah tegang.

Ciuman Koh Hi sudah berpindah ke leherku, kurasakan kegelian yang sudah lama tidak kurasakan lagi, tangan Koh Hi sudah berpindah ke pahaku, gaun panjangku yang berbelahan hingga ke paha lebih memudahkan jelajah tangannya di sekitar paha hingga ke pangkalnya. Aku hanya menengadahkan kepalaku menikmati ciuman di leher dan usapan di pahaku, tanganku sudah berani mengusap dan meremas kejantanannya dari luar. Desis tertahan bercampur malu tak sadar keluar dari mulutku, aku sudah terhanyut dalam buaian lembut Koh Hi.

Tangan kiri Koh Hi yang dari tadi menjelajah di dadaku, sudah berhasil membuka resliting di punggungku dan menarik ke bawah hingga tampaklah bra biru tua berenda, secara reflek aku menutupi dadaku dengan kedua tanganku, Koh Hi tersenyum melihat reaksiku, kembali tanganku dibimbing ke selangkangannya, kali ini dia membuka ikat pinggang dan reslitingnya, tanganku dibimbingnya masuk ke dalam celananya hingga aku bisa menyentuh batang kejantanannya yang menegang keras meski dengan sedikit gemetar.

Koh Hi kembali menciumi leher dan pundakku, tangannya sudah kembali menjelajah di dadaku, mengelus dan meremas, lalu diselipkan di balik bra-ku, dia mendapatkan yang dia cari, putingku yang masih kemerahan segera dipermainkan dengan jarinya sambil meremas buah dadaku. Aku mendesis tertahan, tali bra-ku sudah melorot ke lenganku, dan tak lama kemudian terlepaslah bra itu dari tubuhku, aku ingin menutupi lagi dengan tanganku tapi dia mencegahnya, mukaku terasa panas memerah, malu karena harus memperlihatkan buah dadaku di depan orang yang baru kukenal belum satu jam yang lalu. Tapi Koh Hi tak memberiku kesempatan lebih lama, mencium leherku dan turun ke dadaku, dijilatinya sekujur buah dadaku dan berakhir pada kuluman di putingku yang kecil kemerahan.

“Aaaahhhh…ssssshhh…sssshhh” aku tak bisa menahan desah kenikmatan lebih lama lagi.

Tanganku segera mencari batang kejantanan Koh Hi, betapa terkejut ketika kuraih dan kugenggam, begitu besar rasanya, sepertinya jauh lebih besar dari punya suamiku dulu. Kuluman dan remasan Koh Hi begitu nikmat kurasakan setelah sekian lama hampa, dia berhasil menghanyutkanku kedalam buaiannya lebih jauh, hingga tak kusadari aku secara reflek menarik keluar batang kejantanannya dan mengocoknya, ternyata hal ini membuat kuluman dan remasan Koh Hi makin menggairahkan, maka semakin cepat kukocok penisnya.

Jujur saja ini adalah penis kedua yang aku pegang setelah suamiku.

Ketika kulihat penis itu, sungguh aku terkejut, ternyata benar dugaanku ini penis itu jauh lebih besar bahkan mungkin dua kali lebih besar dari suamiku, agak gugup juga aku ketika membayangkan bahwa penis sebesar itu akan segera masuk ke vaginaku yang sempit. Tapi aku tak sempat gugup lebih lama lagi ketika Koh Hi merebahkan tubuhku di ranjang, dia melepas gaunku hingga tinggal celana dalam ungu yang mini. Koh Hi melepas pakaiannya hingga telanjang, kuperhatikan penisnya yang besar menggantung tegang di antara kakinya, perutnya yang gendut dan dada sedikit berbulu, dia langsung menghampiriku, mencium pipiku, menjilati putingku sambil tangannya menyelip dibalik celana dalamku, mulai mempermainkan daerah vaginaku, tak lama kemudian celana dalamku sudah terlepas, masih ada rasa risih bertelanjang di kamar berdua dengan orang asing.

Jilatan Koh Hi sudah menyusuri perutku, aku kaget ketika ternyata dia mulai menjilati vaginaku, belum pernah aku diperlakukan seperti ini oleh suamiku dulu.

“jangan Koh, jangan, aku belum pernah, nggak usahlah” teriakku terkaget sambil mendorong kepalanya menjauh dari selangkanganku memberi perlawanan.
“percaya deh, kamu pasti suka, kalau udah tahu rasanya pasti ketagihan” katanya langsung membenamkan kepalanya di selangkanganku, perlawananku terhenti ketika lidahnya mulai menyentuh klitoris dan bibir vagina, berganti dengan desahan desahan kenikmatan. Dia mempermainkan lidahnya di vaginaku dengan begitu gairah, kuremas remas rambutnya, aku semakin terbuai dalam permainannya. Kurasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan bahkan kubayangkan seumur hidupku, suamiku tak pernah melakukannya karena kuanggap hanya pantas dilakukan di film dewasa, tapi kini aku mengalaminya.

“ssssshhh…ssssshhh…ssshhhh…sssssudddaaaah aaaahhh” desahku, tak tahan menahan kenikmatan yang baru kualami. Kutarik rambutnya ke atas untuk menghentikan permainan lidahnya, tapi dia tetap melanjutkan sambil mempermainkan putingku, aku semakin tak karuan terhanyut dalam kenikmatan. Untunglah dia segera menghentikannya dan telentang di sampingku, masalah lain kemudian timbul ketika dia minta aku mengulum kejantanannya, aku berusaha untuk menolak, baru sekali aku melakukan dengan ex-suamiku, itupun setelah dipaksa dan aku tak mau melakukan lagi, terlalu menjijikkan bagiku, sepertinya hanya ada di film dewasa.

Koh Hi tetap memaksaku, meski tidak dengan fisik tapi ucapannya memaksaku melakukan itu, dengan penuh keraguan kupegang dan kujilat kepala penisnya yang basah, berulang kali aku meludah di sprei karena lendir di penis itu, terasa asin dan asing bagiku, ingin muntah rasanya. Sekali lagi aku harus mengakui kesabaran Koh Hi dalam “membimbingku”, begitu sabar dia memberi arahan dan rayuan hingga aku tak tega karena dia sudah melakukannya padaku, dengan menahan segala perasaan masuklah kepala penis itu ke mulutku, makin lama makin dalam penis itu di dalam mulutku, meski berkali kali aku harus mengusap ludahku dengan sprei, ini adalah penis kedua yang masuk mulutku. Seringkali kurasakan gigiku menggesek penis itu, tapi Koh Hi tetap mendesah desah membuatku ikut bergairah, aku masih belum tahu bagaimana memperlakukan penis itu di mulutku kecuali keluar masuk menggesek bibir dan terkadang gigiku.

Akhirnya Koh Hi merebahkanku kembali di ranjang, dia berjongkok di antara kakiku, kembali jantungku berdegup kencang, ada perasaan tidak karuan berkecamuk di dadaku ketika dia mulai mengusapkan penisnya ke bibir vaginaku, disini, di ranjang ini dengan orang ini aku pertama kali harus menyerahkan harkat kehormatanku sebagai seorang wanita, inilah tonggak awal sejarah kehidupanku, inilah saat aku mengawali profesiku, inilah saat mulai menyerahkan tubuhku pada siapapun yang mampu membayarku, inilah saatnya aku mulai belajar menikmati sex dengan siapapun tanpa ada rasa cinta yang selama ini aku agung agungkan dan inilah saatnya aku memendam segala perasaan demi kepuasan orang yang membayarku, tanpa kusadari air mata menetes dari ujung mataku, segera kusapu dengan tanganku, aku tak mau Koh Hi melihatnya.

Perlahan lahan kejantanan Koh Hi menembus vaginaku yang sudah lebih 2 tahun tidak tersentuh, kurasakan rasa nyeri ketika penis itu masuk makin dalam, teringat saat pertama kali berhubungan sex waktu perawan dulu. Dengan penis Koh Hi yang besar itu rasanya bibir vaginaku seperti tersobek, makin lama makin dalam hingga semua tertanam, penis Koh Hi serasa memenuhi vaginaku. Aku memejamkan mataku sambil menggigit bibirku, tak berani menggerakkan kakiku, begitu besar seolah mengganjal bagian dalam tubuhku,gairah sex.com untungnya Koh Hi cukup berpengalaman, dia mendiamkan sejenak, meraba raba dan meremas remas buah dadaku untuk memberikan perasaan santai, semakin tegang maka otot vaginaku semakin mencengkeram erat. Pelan pelan dia menarik keluar lalu pelan pula dia mendorong masuk kembali, begitu berkali kali hingga akhirnya rasa nyeri berubah menjadi nikmat, setiap gerakan penisnya di vaginaku menimbulkan kenikmatan bagiku, apalagi sudah 2 tahun aku tidak berhubungan sex. Vaginaku sudah mulai basah hingga Koh Hi mulai mempercepat kocokannya, aku sudah mulai mendesis dan mendesah kenikmatan, sungguh kenikmatan yang sudah lama tidak kurasakan, terlupakan sudah air mata yang sempat menetes, kulupakan sudah harkat ke-wanitaanku, dan terlupakan sudah dengan siapa aku sekarang sedang bercinta.

Dengan lihainya dia memberiku rangsangan kenikmatan yang lain, tangannya mengelus pahaku, meremas buah dadaku, mengulum putingku, mencium bibirku, mengulum telingaku, semua dilakukan tanpa menghentikan kocokannya, membuat aku makin menggeliat geliat dalam kenikmatan.

Aku sudah melupakan bahwa aku sedang bercinta dengan orang asing yang baru aku kenal satu jam yang lalu, aku sudah melupakan bahwa aku tidak mencintai orang ini, aku sudah melupakan bahwa orang ini usianya sebaya dengan papaku, bahkan aku sudah melupakan bahwa aku sedang bercinta dengan istri orang, bahkan aku sudah tak sadar bahwa aku sudah mulai menikmati bercinta tanpa feeling apapun kecuali berdasar uang, yang aku ingat hanyalah aku sedang mengarungi lautan kenikmatan bersama orang yang membayarku untuk mendapatkan kenikmatan dariku.

Koh Hi sudah tengkurap di atasku, dia memelukku erat, aku sudah bisa merasakan kenikmatan kocokannya, aku sudah bisa membalas ciuman bibirnya dengan penuh gairah, kakiku sudah melingkar di pinggulnya membuat penisnya makin dalam melesak dalam vaginaku. Keringat Koh Hi sudah membasahi sekujur tubuhku, waktu seolah berjalan begitu lambat, sepertinya sudah setengah jam dia mengocokku, tanpa kusadari aku terbawa dalam kenikmatan yang dalam menuju puncak kenikmatan, dan orgasme lebih dulu daripada Koh Hi, tubuhku menegang, kupeluk erat tubuh Koh Hi kemudian otot vaginaku berdenyut dengan kerasnya,gairahsex.com aku menjerit dalam kenikmatan, kualami orgasme pertama setelah dua tahun aku melupakan bagaimana nikmatnya orgasme, mataku tetap terpejam, aku takut membuka mataku seakan takut terbangun dari mimpi indah, sesaat Koh Hi menghentikan gerakannya tapi kemudian dia mengocok lagi dengan tempo lebih cepat, aku mendesah atau lebih tepatnya menjerit, belum pernah aku mengalami orgasme seperti ini. Ex-suamiku biasanya akan menghentikan gerakannya dan menikmati saat orgasmeku bersama sama, tapi Koh Hi lain lagi, dia malah mempercepat saat otot vaginaku berdenyut dengan hebatnya, sungguh pengalaman baru bagiku, ternyata justru jauh lebih nikmat, ini diluar bayanganku semula.

Tak lama kemudian Koh Hi mengikutiku orgasme, dia menanamkan penisnya dalam dalam dan menekan ke vaginaku, kurasakan penisnya mengembang membesar di dalam lalu menyemprotkan spermanya di vaginaku, denyutan dan semprotan itu begitu kuat menghantam dinding vaginaku, aku kaget dan menjerit kecil menerima semprotan itu, tak kusangka dia bisa menyemprot sekuat itu, menimbulkan kenikmatan tersendiri pasca orgasme, kunikmati denyutan demi denyutan, kurasakan denyutan orgasme dari penis kedua dalam hidupku, sperma kedua yang menyirami rahim dan vaginaku.

Koh Hi menelungkupkan tubuhnya yang penuh peluh di atas tubuhku, napas kami berpacu dalam kenikmatan, kurasakan perutnya yang gendut menekan perutku hingga aku agak kesulitan bernapas, kudorong dia hingga telentang di sampingku.

Kami berdua terdiam, aku merenungkan kejadian ini, baru saja aku bercinta dengan tamu pertama dalam profesiku, kini aku sudah resmi menjadi seorang pelacur, kini aku harus siap melayani setiap orang yang mampu membayar pelayananku tanpa ada hak memilih, kini aku harus bisa memuaskan tamuku dengan cara apapun, kini aku harus bisa memuaskan diriku sendiri disamping tugas utamaku memuaskan tamuku, kini aku harus berusaha membuat tamuku kembali, kini aku harus siap menanggung segala resiko yang timbul akibat pekerjaanku ini, kini aku harus bisa bercinta tanpa mempertimbangkan rasa cinta atau rasa suka, dan banyak lagi keharusan lain yang harus aku siapkan.

“gila Ly, seperti bercinta dengan perawan, kencang banget” komentar Koh Hi memecahkan kebisuan diantara kami.
“habis punya Koh Hi gede buanget, seperti saat perawan dulu, mungkin lecet kali”
“nggak rugi deh aku merawani kamu”

Sebenarnya aku mau mengaku bahwa aku sangat menikmati percintaan barusan setelah dua tahun tidak bercinta, tapi aku malu mengatakannya.

Tak lama kemudian telepon berbunyi, ternyata dari Om Lok, dia menanyakan apakah sudah selesai atau Koh Hi mau tinggal lebih lama alis memperpanjang, kuberikan telepon itu ke Koh Hi, entah apa yang mereka bicarakan aku tak tahu lagi karena kutinggalkan Koh Hi ke kamar mandi untuk mencuci tubuh dan vaginaku dari sperma dan keringatnya, ada rasa jijik melihat spermanya, begitu juga dengan aroma keringatnya, tapi kutahan perasaan itu.

“Ly, aku ingin lebih lama tinggal tapi aku harus menjemput istriku di Juanda, terus terang aku sangat sangat sangat puas, mungkin besok aku kesini lagi” katanya ketika aku keluar dari kamar mandi sambil mengenakan kembali pakaiannya, sebenarnya aku tak peduli dia mau kesini apa enggak, aku berharap mendapat tamu yang lebih bagus dari dia.

Koh Hi memberiku tip beberapa ratus dolar sebelum meninggalkan kamar, kuhitung ada sepuluh lembar berarti hampir 2,5 juta (kurs saat itu sekitar 2400), aku tercenung di kamar sendirian sambil menggenggam dolar pemberian Koh Hi, begitu mudah mendapatkan uang dalam bisnis ini, belum lagi yang aku terima nanti dari Om Lok, aku mulai membayangkan manisnya profesi ini, disamping materi aku bisa mendapatkan kepuasan sex.

“sudah dapat nikmat masih dibayar lagi”pikirku.

Aku masih menggenggam dolar itu dan dalam keadaan telanjang ketika Om Lok masuk ke kamar, sepertinya Koh Hi tidak menutup pintu dengan benar hingga bisa dibuka dari luar.

“simpan uang itu, jangan dihambur hamburkan” kata Om Lok sambil matanya melototi tubuh telanjangku. Aku segera menutup tubuhku sebisanya dan menyamber selimut yang ada di ranjang untuk menutup tubuhku, it’s not for free. Om Lok dating membawa VCD Player dan beberapa disc, bisa diduga semua itu adalah film dewasa. Disamping itu dia membawa makanan kesukaanku yang pasti tidak tersedia di hotel ini. Aku dan Om Lok sebenarnya adalah tetangga, karena itu dia tahu dengan pasti saat aku bercerai dengan suamiku, hampir setahun dia membujukku untuk pekerjaan ini sebelum akhirnya aku menerimanya.

”jam empat nanti akan ada tamu lagi, bersiaplah” kata Om Lok sebelum meninggalkan kamar, berarti masih ada waktu dua jam bagiku untuk istirahat dan bersiap. Sambil tetap telanjang aku nikmati makanan kesukaanku, kuamati ranjang tempat aku pertama kali menyerahkan kehormatanku ke Koh Hi, tetap berantakan seperti saat Koh Hi meninggalkan kamar, beberapa bercak basah tampak di sprei, entah keringat entah sperma aku tidak tahu pasti.

Selesai makan kurapikan sprei dan aku tiduran sambil nonton VCD bawaan Om Lok tadi, aku terhanyut menikmati film itu -
Suka Bening, Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Abg Suka Sex, Cerita Sex Terbaru - Suka Bening : Cerita Sex Lily Cewek Teleponan.

Agen Judi Poker Online Terpercaya